4.24.2013

Posted by Unknown
No comments | 3:03:00 PM


a.       Kelahiran Helen Keller
Film ini menceritakan kisah nyata tentang perjalanan hidup seorang perempuan yang bernama Helen Adams Keller. Ia lahir pada tanggal 27 Juni 1880 di Tuscumbia, sebuah kota kecil di barat laut Alabama, Amerika Serikat. Helen merupakan anak dari pasangan Kapten Arthur Henley Keller dan Kate Adam Keller. Sewaktu dilahirkan Helen memiliki penglihatan dan pendengaran yang normal. Ibu Helen, Kate Keller memiliki postur tinggi bagai patung pirang dengan mata biru. Ia 20 tahun lebih muda dari suaminya, Kapten Keller, orang Selatan yang loyal yang dengan bangga mengabdi sebagai tentara sekutu selama perang sipil. Rumah yang mereka tinggali sederhana, bercat putih, rumah papan yang dibangun pada tahun 1820 oleh buyut Helen. Saat Helen lahir, keluarganya jauh dari kekayaan, dengan Kapten Keller yang mencari nafkah sebagai pemilik perkebunan kapas dan editor mingguan sebuah Koran lokal “North Alabamian”. Sedangkan Ibu Helen bekerja di perkebunan, ia juga mendapatkan uang dari membuat mentega, lemak babi, bacon, dan ham.

b.      Helen Jatuh Sakit
Pada suatu ketika Helen jatuh sakit. Entah penyakit apa yang ia derita sehingga membuat tubuh Helen demam tinggi dan diduga Helen akan meninggal. Ketika akhirnya demamnya reda, keluarga Helen bergembira meyakini puteri mereka akan sehat kembali. Namun, ibu Helen memperhatikan bagaimana anak perempuannya gagal merespon ketika bel makan malam berbunyi atau ketika ia menggerakan tangannya di depan mata putrinya. Dengan begitu menjadi jelas bahwa penyakit Helen telah membuatnya buta sekaligus tuli. Beberapa tahun kemudian menjadi hari - hari sangat berat bagi Helen dan keluarganya. Helen menjadi anak yang sangat nakal, menghancurkan piring-piring dan lampu-lampu dan meneror seluruh anggota keluarga dengan teriakannya dan tingkahnya yang penuh amarah. Para kerabat berpendapat bahwa ia harus ditempatkan di sebuah panti.
Seiring berjalannya waktu, ketika Helen berusia 6 tahun, keluarganya menjadi putus asa. Kemudian keluarganya pergi ke dokter spesialis di Baltimore untuk meminta saran. Mereka mendapat kabar bahwa Helen tidak akan pernah melihat atau mendengar lagi tapi dokter mengatakan pada mereka agar tidak menyerah, dokter yakin Helen dapat diajari dan ia menyarankan mereka untuk mengunjungi ahli setempat yang menangani masalah anak-anak tuli. Ahli ini adalah Alexander Graham Bell, penemu telepon.
Kemudian Alexander Graham Bell menyarankan agar Keller menulis surat ke Michael Anagnos, direktur Institusi Perkins dan suaka bagi yang anak tuna rungu di Massachussets, dan memintanya untuk mencoba mencarikan seorang guru untuk Helen. Michael Anagnos mempertimbangkan kasus Helen dan segera merekomendasikan guru yang dahulu mengajar di institusi itu, wanita itu adalah Anne Sullivan.

c.       Anne Sullivan
Anne Sullivan merupakan seorang wanita yang dulu ketika ia berusia 5 tahun ia kehilangan penglihatannya. Pada Oktober 1880, sebelum Anne akhirnya pergi dan mulai memasuki pendidikannya di Institursi Perkins. Pada suatu musim panas selama waktunya di institusi, Anne mendapat 2 kali operasi pada kedua matanya, yang membuatnya mendapatkan cukup penglihatan untuk dapat membaca tulisan secara normal selama periode waktu yang singkat.
Anne lulus dari Perkins pada tahun 1886 dan mulai mencari pekerjaan. Mendapatkan pekerjaan luar biasa sukar untuk Anne, akibat dari penglihatannya yang buruk dan ketika ia mendapat tawaran dari Michael Anagnos untuk bekerja sebagai guru bagi Helen Keller, seorang yang tuli, buta dan bisu, meskipun ia tidak memiliki pengalaman di bidang ini, ia menerimanya dengan senang hati.

d.      Helen Bertemu Anne
Pada 3 Maret 1887 Anne tiba di rumah Helen di Tuscumbia dan untuk pertama kalinya bertemu dengan Helen Keller. Anne segera mulai mengajar Helen mengeja dengan jari. Mengeja kata “boneka” untuk menandai hadiah yang dia bawa untuk Helen. Kata berikutnya yang ia ajarkan pada Helen adalah “kue”. Walaupun Helen dapat mengulangi gerakan-gerakan jari ini, ia tidak dapat sepenuhnya memahami apa artinya kata – kata itu. Dan ketika Anne berjuang untuk mencoba membantunya untuk memahami, ia juga mencoba berjuang mengontrol kelakuan buruk Helen yang terus berlanjut. Anne dan Helen pindah ke sebuah pondok kecil di atas tanah yang masih menjadi bagian dari rumah utama untuk memperbaiki tingkah laku Helen, dengan perhatian khusus atas sikap Helen di meja makan. Helen biasa makan dengan tangannya yang sembarangan mencomot dari piring semua orang yang ada di meja. Anne mencoba memperbaiki sikap Helen di meja makan dan membuatnya menyisir sendiri rambutnya dan mengancingkan sepatunya untuk mengarahkannya lebih dan lebih lagi mengatasi tingkahnya yang penuh amarah. Anne menghukum tingkahnya yang penuh amarah itu dengan menolak “berbicara” dengan Helen dengan tidak mengejakan kata-kata dengan tangannya. Pada minggu – minggu selanjutnya, perilaku Helen mulai menunjukkan kemajuan dan hubungan di antara keduanya juga bertambah dekat. Lalu, setelah sebulan Anne mengajar, apa yang oleh orang-orang pada zamannya disebut sebagai “keajaiban” terjadi. Sampai saat itu Helen belum juga memahami sepenuhnya arti kata-kata. Ketika Anne menuntunnya ke pompa air pada 5 April 1887, semua itu berubah. Sewaktu Anne memompa air ke atas tangan Helen, Anne mengeja kata air ke sebelah tangan gadis itu. Sesuatu tentang hal ini menjelaskan arti kata-kata itu ke benak Helen, dan Anne segera melihat di wajahnya bahwa Helen akhirnya mengerti.
Helen lalu menceritakan kejadian itu:
“Kami berjalan menuruni jalanan menuju rumah. Seseorang menggambar air dan guruku menempatkannya di bawah tanganku sesuatu yang memancar. Sewaktu arus dingin yang memancar, di atas sebelah tanganku yang lain guruku mengeja kata air, awalnya lambat, lalu diulangi lagi. Aku masih berdiri, seluruh perhatianku terpusat pada gerakan-gerakan tangannya. Tiba-tiba aku merasa kesadaranku yang berkabut akan sesuatu yang telah terlupakan, suatu ingatan yang mendebarkan kembali, dan bagaimana misteri dari bahasa terungkap olehku.”
Helen segera meminta pada Anne nama dari pompa untuk diejakan di atas tangannya dan kemudian nama dari terali. Sepanjang jalan pulang ke rumah Helen belajar nama dari segala sesuatu yang disentuhnya dan juga menanyakan nama untuk Anne. Anne mengeja kata “Guru” ke atas tangan Helen. dalam beberapa jam berikutnya Helen belajar mengeja 30 kata-kata baru. Kemajuan Helen sejak saat itu mencengangkan. Kemampuannya untuk belajar maju pesat melampaui dari apa yang pernah dilihat orang lain sebelumnya dalam diri seseorang yang tanpa penglihatan atau pendengaran. Tak terlalu lama sebelum akhirnya Anne mengajar Helen untuk membaca, pertama-tama dengan huruf timbul, lalu dengan Braille, dan menulis dengan mesin tik biasa dan mesin tik Braille.

0 komentar:

Posting Komentar