3.27.2014

Posted by Unknown
No comments | 10:11:00 AM

Setiap iklan pasti mengandung pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak. Pesan tersebut dapat berupa pesan verbal melalui suara dan tulisan serta pesan nonverbal yang disampaikan lewat visualisasi iklan. Pada iklan komersil maupun iklan corporate, terkadang pesan yang terkandung di dalam sebuah iklan bukan hanya pesan yang berupa ajakan untuk membeli produk yang ditawarkan saja tetapi juga ada beberapa iklan yang mengandung pesan-pesan sosial baik yang disampaikan secara langsung maupun yang tersirat. Salah satunya contohnya adalah iklan PDIP versi Lebih Baik Berteman.
Iklan PDIP versi Lebih Baik Berteman adala iklan politik dari salah satu partai peserta pemilu pada pemilihan legislatif nanti. Pada iklan tersebut, terkandung pesan bahwa pembuat iklan (partai) ingin mempromosikan dirinya agar masyarakat mengetahui dan mau memilih partai tersebut pada pemilihan umum nanti. Namun berbeda dengan iklan politik lainnya, pada iklan ini pembuat iklan bukan hanya menyampaikan pesan yang bersifat promosi tetapi juga mengandung nilai-nilai berupa nilai sosial yang dikemas melalui visualisasi iklan.
Alasan saya mengatakan bahwa iklan ini mengandung nilai sosial terletak pada pesan yang berupa ajakan daripada berantem lebih baik kita berteman. Kalimat tersebut secara tidak langsung menggambarkan kondisi Indonesia yang diwarnai dengan berbagai konflik, baik yang bersifat personal maupun konflik SARA. Kemudian sang pembuat iklan tersebut mengajak masyarakat untuk menghindari konflik, sehingga dapat hidup rukun satu sama lain.
Penyampaian pesan sosial ini divisualisasikan melalui animasi berupa susunan huruf yang awalnya saling bertengkar satu sama lain dan menyusun kata “BERANTEM”. Kemudian muncul narasi oleh tokoh yang berbunyi “daripada berantem lebih baik kita berteman”, sehingga berubah lah kata tersebut menjadi kata “BERTEMAN”. Kata BERTEMAN pada iklan tersebut memiliki makna bahwa sesama bangsa Indonesia, meskipun saling berbeda satu sama lain baik dari segi suku, agama, ras dan golongan kita harus senantiasa hidup rukun. Konflik akan dapat dihindari apabila terdapat toleransi antargolongan, sehingga terciptalah hubungan harmonis dan saling berjalan beriringan.

Penyampaian pesan pada iklan ini dapat dikatakan sangat simple. Hanya menggunakan sedikit animasi, narasi dan juga dengan durasi yang singkat, audience dapat mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh pembuat iklan. Pemilihan desain visual iklan yang simple ini mungkin atas pertimbangan bahwa iklan ini ditujukan untuk seluruh masyarakat dari berbagai lapisan, baik dari segi ekonomi, pendidikan, status sosial, dll, sehingga untuk menghindari kesulitan penafsiran dan ambiguitas oleh audience, dipilihlah desain iklan yang sederhana namun tetap menarik.

3.25.2014

Posted by Unknown
No comments | 10:34:00 AM

Seperti kita ketahui bahwa 2014 merupakan tahun dimana akan diselenggarakannya pesta demokrasi terbesar di Indonesia. Masyarakat sebagai konstituen akan menggunakan hak pilih mereka untuk memilih partai dan tokoh politik tertentu yang layak untuk memimpin bangsa ini. Tentunya hal ini menjadi momentum tersendiri bagi beberapa partai dan tokoh politik yang ikut dalam persaingan politik pada pemilu nanti untuk mempromosikan diri mereka. Berbagai strategi pun diterapkan. Salah satunya dengan menggunakan iklan di media elektronik yang dalam hal ini adalah televisi.
Pemanfaatan iklan sebagai media promosi nampaknya bukan hanya dimanfaatkan oleh kalangan pebisnis semata. Namun juga digunakan oleh partai politik untuk mempromosikan program-program mereka. Tak terkecuali dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sebagai partai yang sudah cukup lama bertarung dalam percaturan politik di Indonesia, PDIP terus berupaya melakukan berbagai pendekatan dengan masyarakat melalui iklan politiknya. Adapun iklan yang baru-baru ini dilancarkan oleh partai politik ini adalah iklan dengan slogan “Indonesia Hebat”.
Dalam iklan tersebut digambarkan bahwa kondisi pangan Indonesia yang terpuruk. Indonesia belum mampu melaksanakan swasembada pangan. Mayoritas produk-produk yang ada di negara ini merupakan produk impor. Dalam iklan tersebut dipaparkan bahwa menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2012, untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri Indonesia harus mengimpor beras dari Vietnam, daging ayam dari Malaysia, kedelai dari Amerika, kentang dari Australia, daging sapi dari Australia dan jagung dari India.
Dalam iklan ini Puan Maharani selaku Ketua Harian BP Pemilu PDI Perjuangan sekaligus putri dari Megawati Soekarno Putri (Ketua Umum PDI Perjuangan), menjadi tokoh dalam iklan yang memberikan motivasi, himbauan serta dorongan kepada masyarakat untuk mengembalikan kedaulatan pangan agar tercipta kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap iklan PDIP versi Indonesia Hebat yang saya tonton di televisi, berikut hasil analisis dari segi komunikasi yang saya bagi ke dalam dua aspek penilaian, yaitu:
a.       Konten Iklan
Iklan yang bertajuk nuansa politik ini menceritakan kondisi Indonesia yang belum mampu melaksanakan swasembada pangan. Pada iklan tersebut divisualisasikan dengan nasi tumpeng yang merupakan makanan khas Indonesia, namun bahan pokok untuk membuat tumpeng tersebut bukan berasal dari tanah Indonesia. Menurut saya konten iklan ini sangat baik dan pas, dimana pembuat iklan menampilkan permasalah (problem) nyata yang terjadi saat ini, kemudian sang tokoh mengajak masyarakat untuk melaksanakan swasembada pangan. Jadi konten yang ada di iklan ini tidak bersifat imajinatif melainkan memang sesuatu yang saat ini sedang terjadi di Indonesi. Kemudian untuk lebih menyakinkan penonton, pada iklan ini dicantumkan pula sumber informasinya yaitu bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Pemilihan slogan “Indonesia Hebat” pun merupakan kata yang pas untuk dijadikan tema dalam iklan. Pemilihan tema tersebut tentunya menjadi motivasi bagi audience untuk menyadari potensi yang Indonesia yang dapat dikembangankan sehingga mendatangkan kesejahteraan.
b.      Pengemasan Iklan (Packaging)
Pengemasan iklan ini saya analisis berdasarkan aspek verbal dan visual dalam iklan. Dari segi verbal kata-kata yang dipilih tokoh untuk menyampaikan pesan mudah untuk dimengerti. Tidak bersifat high context sehingga tidak menimbulkan ambiguitas dan kebingunan audience. Iringan musik yang bernuasna cinta tanah air pun turut memberikan motivasi untuk mengembalikan kedaulatan pangan bangsa Indonesia.
Sedangkan dari segi visual, pemilihan gambar nasi tumpeng dengan berbagai makanan disekelilingnya merupakan pelengkap dari apa yang diucapkan oleh tokoh. Sehingga antara aspek verbal dan visual terjadi saling melengkapi. Untuk lebih menguatkan kredibilitas tokoh dan partai, pada akhir iklan ini ditampilkan pula Megawati Soekarno Putri sebagai ikon dari partai ini.


3.07.2014

Posted by Unknown
No comments | 10:06:00 PM

Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun ketiga. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 dan 2012, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.

Di tahun 2013 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.

Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu, klik kolom PENDAFTARAN pada web ini!
Pendaftaran periode 1 : 7 Februari – 30 Juni 2014
Pengumuman                : 10 Juli 2014

Pendaftaran periode 2   : 1 Juli – 31 Desember 2014
Pengumuman                : 12 Januari 2015

Adapun ketentuanannya sebagai berikut
Persyaratan Umum:
1.  Pelajar/mahasiswa aktif dari tingkat SMP hingga perguruan tinggi untuk jenjang D3/S1
2.  Terlibat aktif di kegiatan atau organisasi sekolah/perguruan tinggi
3.  Tidak terlibat narkoba atau pernah melakukan tindak kriminal
4.  Tidak sedang menerima beasiswa dari perusahaan lain. Jika saat ini peserta masih menerima beasiswa dari kampus, peserta berhak mengikuti pendaftaran beasiswa dari DataPrint.
5. Penerima beasiswa di periode 2 tahun 2013 tidak dapat menjadi penerima beasiswa di periode 1 tahun 2014.
Peraturan Lomba :
1.  Mengisi formulir registrasi di kolom Pendaftaran
2.  Satu nomor kupon yang terdapat di dalam produk DataPrint, hanya berlaku untuk satu kali registrasi
3.  Pendaftaran tidak dipungut biaya
4.  Isilah formulir dengan sebenar-benarnya.
5. Kolom NAMA, diisi dengan nama lengkap
6. Kolom KODE KUPON, diisi dengan kode yang tertera pada bagian belakang kupon yang ada di dalam produk DataPrint
7. Kolom EMAIL, diisi dengan email aktif yang masih berlaku
8. Kolom NO TELPON, diisi dengan no HP atau no telpon rumah yang masih aktif dan bisa dihubungi
9. Kolom JENJANG PENDIDIKAN, diisi dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh saat ini.
Contoh: SMA, D3, S1
10. Kolom NAMA PERGURUAN TINGGI/SEKOLAH, diisi dengan nama sekolah/perguruan tinggi tempat kamu menuntut ilmu.
11. Kolom PRESTASI YANG PERNAH DIRAIH, diisi dengan prestasi dari kompetisi yang pernah diikuti.
Sertakan keterangan waktu dan peringkat dalam kompetisi yang kamu ikuti tersebut.
Contoh: Juara Olimpiade Fisika tingkat Nasional pada tahun 2012 atau pada saat SMA
12. kolom KEGIATAN YANG PERNAH/SEDANG DIIKUTI, diisi dengan penjabaran partisipasi pendaftar beasiswa DataPrint pada kegiatan baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah/kampus.
Aktivitas berupa kuliah atau belajar di sekolah, tidak termasuk prestasi.
13. Kolom LAMA MENGGUNAKAN DATAPRINT, diisi dengan waktu penggunaan produk DataPrint.
Isi kolom ini dengan sebenar-benarnya karena kolom ini TIDAK MEMPENGARUHIpenilaian.
14. Kolom MENGETAHUI INFORMASI BEASISWA, diisi dengan narasumber awal yang memberitahu mengenai program beasiwa pendidikan DataPrint
15. Kolom NILAI RAPORT (BAGI PELAJAR dan MAHASISWA BARU), diisi dengan total nilai secara keseluruhan beserta jumlah mata pelajaran pada semester terakhir. Ingat, kolom ini hanya diisi oleh pelajar atau mahasiswa baru yang belum mempunyai IP.
Contoh: 98 dari 7 mata pelajaran
16. Kolom IPK TERAKHIR (BAGI MAHASIWA), diisi dengan nilai IPK atau jika belum memiliki IPK boleh diisi dengan nilai IP semester terakhir. Tuliskan juga semester yang sedang ditempuh. Ingat, kolom ini hanya diisi oleh mahasiswa, bukan pelajar.
17. Kolom URL BLOG, diisi dengan copy URL blog kamu yang memuat informasi mengenai beasiswa DataPrint bukan essay. Isi kolom ini jika kamu memiliki blog. Pengisian pada kolom ini akan menambah poin pada penilaian.
18. Kolom ESSAY, diisi dengan karya tulis/essay berisi hasil pemikiran kamu sendiri sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Panjang penulisan minimal 100 kata, maksimal 500 kata. Tema akan berubah setiap periode.
Dilarang mengcopy paste tulisan orang lain. Jika bermaksud untuk menyadur atau mengutip tulisan orang lain, tuliskan juga sumbernya.
19.  Beasiswa akan dibagi menjadi 2 periode.
20.  Jika gagal di periode pertama, peserta BOLEH mendaftarkan diri di periode selanjutnya.
21.  Penerima beasiswa yang telah mendapat dana beasiswa di satu periode TIDAK DAPAT menjadi penerima beasiswa di periode selanjutnya.
22.  Waktu per periode:
Periode 1: 7 Februari  – 30 Juni
Periode 2: 1 Juli – 31 Desember
22.  Perincian pemenang per periode sebagai berikut:


PERIODE
JUMLAH PENERIMA DANA BEASISWA
@ Rp 1.000.000
@ Rp 500.000
@ Rp 250.000
Periode I
50 orang
50 orang
250 orang
Periode II
50 orang
50 orang
250 orang

23.  Penerima beasiswa akan diseleksi (bukan diundi) oleh tim dari DataPrint.
24.  Panitia tidak menghubungi penerima beasiswa. Nama penerima beasiswa  dapat dilihat di website ini, website DataPrint www.dataprint.do.id atau diwww.facebook.com/dataprintindonesia . Simpan fotokopi raport terakhir atau IPK terakhir dan kupon sebagai bukti sah verifikasi jika Anda terseleksi sebagai penerima dana beasiswa.
25.  Dana beasiswa akan diberikan sekaligus dan secara langsung kepada penerima di periode tersebut.
26.  Dana beasiswa akan dikirimkan dalam jangka waktu paling lambat satu bulan setelah pengumuman dan atau setelah selesainya pemberkasan dari para penerima beasiswa.
27.  Beasiswa akan ditransfer melalui bank BCA. Bagi penerima beasiswa yang menggunakan rekening bank lain, biaya administrasi sebesar Rp 5.000 ditanggung penerima (beasiswa akan dipotong Rp 5.000).
28.  Penerima beasiswa akan diumumkan di website DataPrint www.dataprint.co.id ,  page Facebook DataPrint www.facebok.com/dataprintindonesia danwww.beasiswadataprint.com

Untuk informasi lebih lanjut silahkan buka www.beasiswadataprint.com dan www.dataprint.co.id 

3.06.2014

Posted by Unknown
No comments | 10:39:00 AM
Oleh
Riyan Ikhramullah

Tanggal 1 Juni adalah tanggal paling bersejarah bagi kehidupan bangsa Indonesia. Tanggal yang mengingatkan  pada momentum  lahirnya falsafah bangsa yang tersusun dalam lima kalimat sederhana namun penuh makna. Kata demi kata didalamnya tersusun begitu rapih dan sarat akan  nilai – nilai kehidupan. Sampai saat ini kelima kalimat tersebut masih kokoh dan tidak akan berubah selama NKRI masih berdiri tegak.
Sebagai dasar negara, sudah sepatutnya Pancasila dijadikan landasan dalam berbagai aspek kehidupan. Pancasila bukan sekedar kalimat yang harus dihafal dan diucapkan setiap upacara bendera. Lebih dari itu, di dalam sila – sila pancasila terkandung nilai – nilai penting yang sering tidak disadari.
Salah satu bukti nyata yang menunjukkan bahwa Pancasila sarat akan nilai kehidupan terutama nilai toleransi tampak pada sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada sila tersebut sangat jelas tidak adanya kecenderungan untuk memihak agama tertentu. Atau dengan kata lain tidak ada stereotip primordial agama. Padahal mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
Selain adanya nilai toleransi, sila – sila Pancasila juga mengandung nilai esensial lainnya seperti kemanusiaan, persatuan, keadilan, dan demokrasi. Nilai tersebut dengan jelas tertuang dalam sila kedua yang secara implisit menunjukkan bahwa Pancasila menghargai hak asasi manusia. Manusia harus diperlakukan secara adil tanpa memandang status yang melekat pada individu sejak lahir seperti suku dan ras maupun status sosial ekonomi.  Selain itu, manusia juga harus lah dimanusiakan sesuai dengan kodratnya tanpa harus kehilangan hak – hak yang dimilikinya.
Pengetahuan tentang nilai - nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seharusnya dapat menjadi pegangan bagi setiap individu. Namun sangat disayangkan, Pancasila hanya dijadikan hiasan dinding sekolah maupun kantor tanpa mengetahui apa makna yang terkandung di dalamnya. Maka dari itu tidak mengherankan jika belakangan ini banyak koflik muncul dengan dalih SARA, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), maupun masalah kesejahteraan.
Sebut saja konflik yang terjadi di Sampang, Madura, beberapa waktu lalu. Konflik yang terjadi antara kaum Syiah dan Sunni ini cukup menggegerkan banyak pihak. Bahkan selama beberapa hari menjadi trending topic di berbagai media massa. Miris memang jika memikirkan peristiwa ini. Konflik yang awalnya diisukan muncul karena faktor perselisihan dalam keluarga, kini berujung pada konflik antarkeyakinan yang mengakibatkan korban jiwa dan harta benda.
Bukan hanya itu, peristiwa penyekapan buruh pabrik panci di Desa Lebak Wangi, Sepatan, Tangerang pun cukup membuat masyarkat geleng kepala. Pasalnya buruh yang bekerja di pabrik milik Yuki Irawan ini tidak diperlakukan secara manusiawi. Selama beberapa bulan mereka tidak diberi gaji. Bahkan sebagian dari mereka menderita penyakit kulit.
Berdasarkan kedua peristiwa di atas lalu muncul segilintir pertanyaan, apakah yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi? Lalu, apakah Pancasila tidak mampu menjawab semua permasalahan ini atau dengan kata lain Pancasila telah mati?
Aplikasi nilai
            Pengetahuan tentang nilai – nilai Pancasila tampaknya tidak cukup untuk menjawab berbagai permasalahan bangsa ini. Peliknya masalah yang menghantam tanah air tak cukup diselesaikan hanya sekedar tahu apa itu Pancasila. Melainkan harus dengan langkah konkrit.
            Memang tidak mudah mengatur ratusan juta orang dengan berbagai isi di kepala mereka. Semuanya butuh proses. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan yaitu dengan mengubah pola pikir masyarakat karena pada dasarnya pola pikir lah yang mengorganisasikan perilaku individu. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Stephen Covey bahwa jika seseorang menginginkan perubahan kecil dalam hidupnya, maka ubah lah perilakunya. Namun jika ia menginginkan perubahan besar yangg mendasar, maka ubah lah pola pikirnya.
            Setelah pola pikir masyarakat dapat diorganisasikan, maka langkah selanjutnya yaitu mengubah perilaku sesuai dengan nilai – nilai Pancasila. Langkah ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan yang efektif dapat dilakukan dengan pendekatan komunikasi interpersonal sebagai media pencegahan (preventive) dan pengawasan (control). Untuk melakukan pendekatan ini dibutuhkan partisipasi aktif dari berbagai pihak seperti keluarga, sekolah maupun teman sebaya.

            Kelahiran Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bukan hanya sebagai simbol negara belaka. Pancasila lahir untuk hidup dan Pancasila hidup untuk Indonesia. 

3.05.2014

Posted by Unknown
No comments | 1:39:00 PM

1.      Pengertian Kampanye
Sejak fenomena kampanye menjadi perhatian ilmuwan dan praktisi komunikasi di tahun 1940-an, telah muncul sekitar dua puluh definisi tentang kampanye. Definisi tersebut merentang dari yang menekankan aspek pesan, aspek pengorganisasian tindakan, hingga memfokuskan pada efek. Dari semua definisi yang ada, batasan yang disampaikan Rogers dan Storey dalam tulisan mereka yang bertajuk Communication Campaign (Berger & Chaffee, 1987) adalah yang paling lengkap.
Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yaitu tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.
Di samping keempat ciri pokok diatas, kampanye juga memiliki karakteristik lain, yaitu sumber yang jelas yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.
Pesan – pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan gagasan – gagasan pokok yang melatarbelakangi diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Sebagian kampanye bahkan ditujukan sepenuhnya untuk kepentingan dan kesejahteraan umum (public interest). Karena sifatnya yang terbuka dan isi pesannya tidak ditujukan untuk menyesatkan khalayak, maka tidak diperlukan tindakan pemaksaan dalam upaya untuk memengaruhi publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi yakni mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesuakrelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata.
Kampanye dalam praktiknya senantiasa mendayagunakan teori – teori dan teknik – teknik persuasi yang kebanyakan diperoleh di ruang laboratorium untuk kemudian diterapkan guna mencapai tujuan di lingkungan nyata.

2.      Tujuan Kampanye
Kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. Penyelengggara kampanye umumnya bukanlah individu melainkan lembaga atau organisasi. Lembaga tersebut dapat berasal dari lingkungan pemerintahan, kalangan swasta atau lembaga swadaya masyarakat (LSM). Terlepas dari siapapun penyelenggaranya, kampanye selalu memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan tersebut sangat beragam dan berbeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Kampanye Keluarga Berencana (KB) yang dilakukan pemerintah misalnya, bermaksud mengubah pola pikir masyarakat dari keluarga besar yang kurang terurus kepada keluarga kecil yang lebih sejahtera. Dengan demikian mereka mau mengatur dan membatasi jumlah kelahiran anak yang pada akhirnya dapat menurunkan laju pertumbuhan penduduk secara nasional. Kampanye “Penggunaan Helm dan Sabuk Pengaman” yang diselenggarakan Kepolisian RI bertujuan mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas. Kampanye Pemilihan Umum bertujuan mengubah atau memperkuat perilaku masyarakat dalam memilih kandidat atau partai politik tertentu.
Institusi bisnis dan lembaga swasta lainnya juga sangat intensif dan ekstensif menggunakan kampanye untuk mengembangkan usaha mereka. Beberapa kegiatan kampanye yang biasa dilakukan diantaranya kampanye periklanan yang bertujuan membujuk khalayak membeli produk yang mereka pasarkan atau kampanye public relation yang dimaksudkan untuk membangun citra positif lembaga di mata publik sehingga muncul kepercayaan, penerimaan dan kesediaan publik untuk bekerja sama dengan lembaga tersebut. Bahkan pengelola media massa dapat menggunakan media untuk menggugah kesadaran khalayak pada isu – isu tertentu seperti pekerja anak. Dalam konteks ini aktivitas kampanye tersebut sesungguhnya merupakan bagian dari peran agenda setting media.
Apapun ragam dan tujuannya, upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioral). Ostergaard (dalam Venus, 2007) menyebut ketiga aspek tersebut dengan istilas 3A sebagai kependekan dari awareness, attitude, dan action. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan sasaran pengaruh (target of influence) yang mesti dicapai secara bertahap agar satu kondisi dapat tercipta.
Pada tahap pertama kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini pengaruh yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan khalayak tentang isu tertentu. Dalam konsep Ostergaard tahap ini merupakan tahap awareness yakni menggugah kesadaran, menarik perhatian dan memberi informasi tentang produk atau gagasan yang dikampanyekan.
Tahap berikutnya diarahkan pada perubahan dalam ranah sikap atau attitude. Sasarannya adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan khalayak pada isu – isu yang menjadi tema kampanye. Sementara tahap terakhir kegiatan kampanye ditujukan untuk mengubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur. Tahap ini menghendaki adanya tindakan tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye. Tindakan tersebut dapat bersifat sekali itu saja atau berkelanjutan (terus – menerus). Contoh – contoh tindakan sekali itu saja misalnya menjadi pendonor darah, menyumbangkan dana untuk korban bencana alam, atau mengikuti imunisasi massal yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sementara tindakan berkelanjutan lebih terlihat dalam perilaku secara permanen pada diri sasaran seperti perubahan pola makan, cara memasak air, pemakaian helm pengaman, atau turut serta menjadi akseptor KB.

3.      Jenis – Jenis Kampanye
Membicarakan jenis – jenis kampanye pada prinsipnya adalah membicarakan motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut pada gilirannya akan menentukan ke arah mana kampanye akan digerakkan dan apa tujuan yang akan dicapai. Jadi secara inheren ada keterkaitan antara motivasi dan tujuan kampanye.
Bertolak dari keterkaitan tersebut, Charles U. Larson (dalam Venus, 2007) kemudian membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori yaitu Product-Oriented Campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Kampenye jenis ini sering juga disebut sebagai Comercial Campaigns atau Coorporate Campaigns. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan finansial yang bisa diraih dengan beberapa cara diantaranya yaitu dengan memperkenalkan suatu produk sampai melipatgandakan produk tersebut untuk mencapai suatu keuntungan yang diharapkan. Misalnya saja kampanye pada produk Telkom Flexi. Kampanye public relation yang ditujukan untuk membangun citra positif perusahaan dimata publik juga dapat dimasukan dalam kelompok ini.
Kemudian jenis kampanye yang kedua yaitu Candidate-Oriented Campaigns. Pada jenis kampanye ini  kampanye berorientasi pada kandidat yang umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai Political Camapaigns atau kampanye politik. Tujuannya antara lain, untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan melalui proses pemilihan umum. Contohnya, kampanye pemilu dan penggalangan dana bagi partai politik.
Kemudian yang ketiga yaitu Ideologycally or Cause Oriented Campaigns. Kampanye tersebut merupakan jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimesi pada perubahan sosial. Oleh karena itu kampanye jenis ini dalam istikah Kotler disebut sebagai Social Change Campaigns yaitu kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait.
Pada dasarnya berbagai jenis kampanye yang tidak termasuk dalam kategori kampanye politik atau kampanye produk dapat dimasukan ke dalam kampanye perubahan sosial. Dengan demikian cakupan jenis kampanye ini sangat luas mulai dari kampanye bidang kesehatan (misalnya AIDS, Menyusui dengan ASI, Keluarga Berencana dan donor darah), kampanye lingkungan (misalnya air bersih), kampanye pendidikan (misalnya meningkatkan minat baca), dan kampanye lalu lintas (misalnya pemakaian helm dan sabuk pengaman).
Terlepas dari perbedaan yang ada diantara jenis – jenis kampanye di atas, dalam praktiknya ketiga macam kampanye tersebar hampir tidak berbeda. Ketiganya dapat menggunakan strategi komunikasi yang sama untuk menjual produk, kandidat atau gagasan mereka kepada khalayak. 


Daftar Pustaka
Rogers, E.M., & Storey J.D. 1987. Communication Campaign. Dalam C.R. Berger & S.H. Chaffe (Eds)., Handbook of Communication Science. New Burry Park, CA: Sage.
Venus, Antar. 2007. Manajemen Kampanye. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Posted by Unknown
1 comment | 1:16:00 PM
            Ketika seseorang memasuki dunia kampus, pada saat itu pula telah terjadi transformasi dari dunia SMA ke jenjang perkuliahan. Diantara keduanya banyak sekali perbedaan, baik dari lingkungan sosialnya maupun proses kegiatan belajar mengajar di kampus, sehingga tidak jarang hal tersebut membuat seseorang mengalami cultural shock. Pada saat Anda memasuki dunia kampus, Anda harus memulai hidup mandiri, melakukan pekerjaan sendiri, sebab siapa lagi yang melakukan kalau bukan diri sendiri karena posisi Anda jauh dari orang tua. Inilah yang sering menjadi masalah bagi mahasiswa baru terutama mereka yang semasa SMA selalu mengandalkan orang tua dalam semua pekerjaan. Selain itu, Anda juga harus belajar melakukan sesutu dibawah tuntutan dan tanggung jawab. Jadwal kuliah yang padat, tugas yang menumpuk, praktikum dan kegiatan organisasi yang tiada henti menjadi agenda harian yang harus dilakukan. Kegiatan – kegiatan tersebut menjadi keharusan yang tidak boleh diabaikan.
            Kesibukan – kesibukan kampus merupakan sebuah konsekuensi yang harus kita terima. Berangkat pagi, pulang malam menjadi hal yang biasa.  Namun pernahkah Anda merasa lelah dengan semua kesibukan itu? Pernahkan agenda yang sangat padat membuat Anda kurang istirahat dan pola makan sering terabaikan? Atau bahkan sampai membuat Anda jatuh sakit? Ini lah yang sering kali menjadi permasalahan mahasiswa dalam menjaga kesehatannya. Lalu, bagaimana caranya agar dapat menjaga kondisi tubuh tetap fit di tengah kesibukan kampus? Nah pertanyaan itu lah yang menjadi garis besar dalam presentasi yang akan saya uraikan berikut ini.
            Memiliki tubuh yang sehat menjadi keinginan semua orang termasuk Anda. Dengan tubuh yang sehat, maka aktivitas yang kita lakukan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan kita. Dengan tubuh sehat pula kita dapat menghemat waktu dan biaya, karena kita tidak harus mengeluarkan waktu dan biaya untuk membeli obat atau pergi ke rumah sakit.
            Ukuran sehat tidaknya seseorang yaitu ketika ia mampu menjaga daya tahan tubuh dari serangan penyakit yang selalu menerpa seperti peyakit demam, flu, batuk dan lain-lain. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) sehat adalah bila seseorang tidak menderita suatu penyakit baik fisik, psikis atau sosial serta masih produktif. Seseorang dikatakan sakit bila menderita penyakit fisik, jiwa atau gangguan sosial (berinteraksi dengan lingkungannya). Sedangkan kebugaran adalah tubuh dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasa lelah dan masih dapat melakukan kegiatan lainnya seperti berolahraga atau rekreasi . Seseorang tidak bugar bila orang tersebut tidak menderita suatu penyakit namun cepat merasa lelah saat melakukan kegiatan sehari-hari misalnya naik tangga.
            Menjaga kesehatan bukan lah hal yang mudah terutama bagi seseorang yang memiliki banyak aktivitas dan kesibukan seperti mahasiswa. Jadwal kuliah yang padat, tugas yang menumpuk, praktikum dan kegiatan organisasi yang tiada henti menjadi hambatan dalam menjaga kesehatan. Tidak jarang seorang mahasiswa merelakan waktu istirahatnya hanya untuk mengerjakan tugas atau lupa akan kebutuhan makan hanya karena kegiatan organisasi. Memang kelihatannya itu hal yang sepele. Namun, Anda tidak boleh meremehkan hal itu karena jika kebiasaan itu dilakukan secara terus – menerus akan berakibat fatal, baik bagi tubuh Anda maupun akademik Anda sebagai seorang mahasiswa. Anda akan jatuh sakit, kuliah Anda akan terbengkalai, tugas tidak sempat Anda kerjakan karena kondisi tubuh yang tidak memungkinkan dan imbasnya nilai akademik Anda menurun.
Untuk menjaga tubuh tetap sehat dan fit di tengah kesibukan kampus diperlukan beberapa upaya. Di beberapa literatur dijelaskan mengenai langkah – langkah untuk menjaga tubuh tetap fit, namun saya akan menjelaskan beberapa upaya yang semoga dapat membantu Anda dalam menyelesaikan masalah kesehatan Anda. Adapun upaya yang dapat kita lakukan diantaranya:
1.      Istirahat yang cukup
Layaknya sebuah mesin, tubuh manusia pun membutuhkan istirahat. Istirahat merupakan aspek yang penting dalam menjaga kelancaran metabolisme tubuh. Istirahat dapat dilakukan dengan sedikit relaksasi atau juga bisa dengan tidur. Nampaknya ini hal yang sederhana namun sulit untuk dilakukan khususnya bagi mahasiswa. Padatnya jadwal kuliah atau banyaknya tugas sering kali memakan waktu istirahat. Apalagi jika esok harinya akan diadakan kuis atau ujian, SKS (sistem kebut semalam) pun menjadi alternatif. Sebenarnya ini adalah tindakan yang salah karena tubuh dipaksa bekerja.
2.      Memakan makanan yang sehat dengan pola makan yang teratur
Makanan merupakan bahan bakar yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Agar aktivitas dapat berjalan dengan lancar maka dibutuhkan suplai makanan yang sehat dan sesuai kebutuhan kalori kita. Memakan makanan yang tidak sehat dapat mengancam kesehatan seseorang. Setelah kebutuhan makanan yang sehat sudah terpenuhi, maka langkah selanjutnya yaitu menjaga pola makan. Pola makan berkaitan dengan jadwal makan.
3.      Olah raga secara rutin dan berekreasilah J
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia. Dengan tubuh yang sehat semua aktivitas manusia dapat berjalan dengan lancar sesuai yang diharapkan. Sebagai seorang mahasiswa yang memiliki banyak kesibukan, kesehatan menjadi faktor penting, sehingga diperlukan upaya – upaya untuk menjaga kesehatan di tengah kesibukan kampus. Adapun upaya – upaya yang dapat dilakukan diantaranya dengan istirahat yang cukup, memakan makanan yang sehat dengan pola makan yang teratur, olah raga secara rutin dan berekreasi.




Posted by Unknown
No comments | 1:11:00 PM
Indonesia merupakan negara multientnik dengan tingkat heterogenitas yang sangat tinggi. Puluhan bahkan ratusan suku tersebar dari Sabang sampai Merauke. Meskipun mereka mempunyai kebudayaan yang beragam yang menjadi ciri khas masing – masing, mereka dapat hidup berdampingan. Hal itu lah yang menjadi potensi bagi Indonesia untuk menjadi negara yang kaya akan kebudayaan dan menjadi pusat perhatian bagi negara multietnik lainnya. Namun perlu kita ketahui, di samping sebagai kekayaan, heterogenitas tersebut juga berpotensi untuk mengancam keutuhan bangsa jika suatu saat muncul stimulus yang dapat memicu pertikaian dan konflik antaretnis. Kondisi Indonesia saat ini dapat dianalogikan bagaikan sumbu api yang suatu saat akan menjadi api yang sangat besar jika sumbu api tersebut terkena percikan bahan bakar.
            Selain tingkat heterogenitas yang tinggi, Indonesia juga mempunyai jumlah penduduk terbanyak di dunia. Tingginya angka kelahiran membuat pertumbuhan penduduk menjadi tidak terkontrol. Ada efek positif dan juga negatif dari tingginya jumlah penduduk. Efek positifnya yaitu banyaknya jumlah penduduk berarti banyak pula sumber daya manusia. Hal ini menunjukan tingkat produktivitas akan tinggi, sehingga bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk menjadi negara yang kuat dari segi ekonomi, politik, sosial dan hankam. Namun perlu diketahui, hal itu akan terwujud jika banyaknya jumlah penduduk diiringi dengan layanan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang tersedia. Namun apa yang terjadi jika angka pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diiringi dengan kuantitas dan kualitas pendidikan dan lapangan pekerjaan yang tersedia? Bukan kesejahteraan yang didapat, malah justru permasalahan yang tak berujung. Penganguran, kemiskinan, buta huruf serta tindak kriminalitas dengan tuntutan ekonomi mejadi permasalahan yang kompleks dan belum ditemukan solusinya. Dengan demikian, jumlah penduduk yang sangat banyak bisa menjadi pontesi bagi Indonesia untuk menjadi negara yang kuat tetapi juga bisa berpotensi untuk menjadi negara yang miskin.
            Dilihat dari segi geografis, Indonesia sangat beruntung karena terletak di daerah garis khatulistiwa, dengan diapit oleh dua benua yaitu benua Australia dan benua Asia serta terletak di antara dua samudera yaitu samaudera Hindia serta samudera Pasifik. Hal itu membuat Indonesia kaya akan sumber daya alamnya baik yang ada di tanah, udara maupun laut. Indonesia mempunya banyak gunung berapi baik yang masih aktif maupun tidak. Ini akan membuat tanah menjadi subur sehingga dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, kandungan logam maupun minyak di dalam tanah juga sangat tinggi. Laut indonesia adalah laut yang kaya akan sumber daya. Tidak sedikit orang yang hidupnya bergantung pada hasil laut. Bahkan tak heran jika Koes Ploes mengatakan “Bukan lautan tapi kolam susu”. Dari uraian di atas harusnya kita sadar bahwa kita sangat beruntung memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, tinggal bagaimana kita memanfaatkan dan memeliharanya. Namun, yang sekarang terjadi adalah sebaliknya. Bukannya merawat malah justru mengeksploitasi alam. Pembakaran hutan untuk pemukiman, perburuan liar, penebangan kayu yang tidak diimbangi dengan usaha reboisasi adalah beberapa contohnya.
            Dari uraian di atas, ternyata negara Indonesia adalah negara yang banyak memiliki sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang melimpah. Hal tersebut dapat menjadi modal bagi Indonesia untuk menjadi negara yang maju dan sejahtera jika sumber daya yang ada dikelola dengan baik. Namun, jika sumber daya yang ada tidak dikelola dengan bijak atau justru dieksploitasi bukan hal yang tidak mungkin Indonesia menjadi negara yang lemah dan miskin.
Posted by Unknown
No comments | 1:03:00 PM
       Indonesia merupakan negara multikultural dengan tingkat heterogenitas yang sangat tinggi. Puluhan bahkan ratusan suku bangsa tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku mempunyai kebudayaan masing – masing yang menjadi ciri khas yang tidak dimiliki oleh suku lain. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya sekaligus menjadi peluang bagi bangsa Indonesia untuk lebih dikenal di mata dunia. Namun kita juga harus tetap melestarikannya sebagai warisan nenek moyang.
Di era modern ini teknologi berkembang dengan sangat pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Banyak sekali produk – produk teknologi canggih mulai bermunculan baik yang berbasis manual maupun digital. Hal ini jelas sangat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi dan komunikasi. Namun dengan kecanggihan teknologi tersebut sangat memungkinkan masuknya kebudayaan asing dengan mudah. Masuknya kebudayaan asing akan mengancam keberadaan budaya lokal yang telah tumbuh dan berkembang selama ratusan bahkan ribuan tahun. Sehingga masyarakat sering kali lebih mengetahui bahkan menyukai kebudayaan asing dibandingkan kebudayaannya sendiri. Fenomena ini lah yang sedang terjadi saat ini. Banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui dan tidak mengenal kebudayaannya sendiri, terutama remaja sebagai generasi penerus bangsa. Maka dari itu, perlu adanya upaya pengenalan dan publikasi kebudayaan lokal. Disini peranan pers sebagai media publikasi sangat penting dalam upaya pengenalan budaya lokal kepada masyarakat.
Pers merupakan kegiatan mengumpulkan, menulis dan menginformasikan suatu fenomena. Dalam upaya pelestarian budaya lokal, pers berusaha mengumpulkan informasi mengenai kebudayaan lokal yang kemudian ditulis dan dipublikasikan melalui media massa, yang dalam hal ini adalah media cetak. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia modern tidak akan bisa lepas dari keberadaan media terutama media cetak. Kebanyakan masyarakat pun mengetahui dunia sekelilingnya dari media. Bahkan humoris Will Rogers pernah mengatakan “Yang saya tahu hanyalah apa yang saya baca”. Pernyataan yang diungkapkan oleh Rogers itu bukan semata – mata untuk bahan tertawaan saja. Melainkan sebuah realitas kehidupan.

Upaya pelestarian budaya melalui publikasi di media massa, merupakan cara yang efektif. Hal tersebut berkaitan dengan sifat media massa yang mampu menjangkau khalayak luas dalam waktu yang sangat cepat. Selain itu, media massa yang dalam hal ini adalah media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dapat dengan mudah di akses oleh banyak orang dari semua kalangan, baik kalangan ekonomi atas maupun menengah ke bawah. Kemudian dengan adanya surat kabar lokal dapat memudahkan pelestarian budaya lokal karena biasanya pers surat kabar lokal lebih mengetahui kebudayaan lokal daerah dimana media itu diterbitkan. Jadi peranan pers dalam upaya pelestarian budaya lokal sangat penting. Upaya pelestarian tersebut dilakukan melalui publikasi di media massa.        
Posted by Unknown
No comments | 1:01:00 PM
Oleh
Riyan Ikhramullah

Globalisasi merupakan suatu kondisi dimana dunia seakan – akan bebas tanpa batas terutama dalam hal arus informasi dan komunikasi. Globalisasi telah membuat dunia bagaikan sebuah desa besar (the big village) yang berpenduduk orang – orang di seluruh dunia. Apalagi didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat canggih, sehingga seseorang dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang - orang di belahan dunia lain dengan tidak menghiraukan batas – batas kenegaraan dan tidak perlu beranjak dari tempat duduk. Di satu sisi globalisasi telah membawa angin segar bagi kita yaitu kita dapat dengan mudah mengakses informasi – informasi dari seluruh dunia. Namun di sisi lain, dengan adanya globalisasi persaingan - persaingan baik dalam bidang politik, ekonomi,  maupun militer menjadi sangat ketat. Hal itu dikarenakan para pesaing bukan hanya berasal dari satu negara, melainkan negara – negara lain pun turut andil dalam persaingan global dan mereka dapat dengan mudah mengetahui kondisi negara kita melalui informasi yang disiarkan melalui media. Melihat kondisi seperti ini, maka kebutuhan akan informasi menjadi sesuatu yang sangat penting dan menjadi modal dalam menghadapi persaingan di era globalisasi ini.
Seiring dengan perkembangan teknologi, akses informasi menjadi lebih mudah. Hanya dengan menekan tombol televisi, kita dapat mengetahui informasi di seluruh penjuru dunia. Sebelum munculnya teknologi digital seperti televisi ataupun internet, proses penyampaian dan akses informasi dilakukan secara konvensional yaitu melalui oral communication. Namun kini proses penyampaian informasi dilakukan secara modern yaitu melalui media massa. Menurut Nurudin (2009: 3) dalam bukunya Pengantar Komunikasi Massa mengatakan bahwa media massa merupakan produk dari teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Media massa ini dapat berupa media cetak seperti koran, majalah, tabloid dan buku serta media elektronik seperti radio, televisi, film dan internet. Sebagai saluran dalam komunikasi massa, media massa mempunyai beberapa fungsi yang menurut Nurudin (2009: 25), diantaranya:
a.       Informasi
Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita – berita yag disajikan melalui media. Fakta – fakta yang dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkannya dalam tulisan juga merupakan informasi. Bahkan iklan juga dalam beberapa hal memiliki fungsi memberikan informasi di samping fungsi – fungsi lain.
b.      Hiburan
Fungsi hiburan dalam media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi – fungsi yang lain. Hal ini sangat berbeda dengan media cetak. Media cetak biasanya tidak menempatkan hiburan pada posisi paling atas, tetapi informasi. Namun demikian, media cetak pun harus tetap memfungsikan hiburan. Gambar – gambar berwarna yang muncul di setiap halaman, adanya teka – teki, cerita bergambar (cergam) menjadi beberapa ciri bahwa media cetak juga memberika layanan hiburan.
c.       Persuasi
Fungsi persuasi dalam komunikasi massa tidak kalah pentingnya denga fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan pada tajuk rencana, artikel dan surat pembaca merupakan contoh tulisan persuasif.
d.      Transmisi budaya
Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi media massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat dielakan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu.
e.       Mendorong kohesi sosial
Kohesi yang dimaksud di sini adalah penyatuan. Artinya, media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain, media massa merangsang masyarakat untuk memikirkan bahwa bercerai – berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa yang memberitakan arti pentingnya kerukunan hidup umat beragama, sama saja media massa itu mendorong kohesi sosial.
f.       Pengawasan
Bagi Lasswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian – kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi pengawasan bisa dibagi dua yaitu warning or beware surveillance atau pengawasan peringatan dan instrumental surveillance atau pengawasan instrumental. 
g.      Korelasi
Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan bagian – bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya dengan fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubungan atara berbagai komponen masyarakat. sebuah berita yang disajikan oleh seorang reporter akan menghubungkan antara narasumber dengan pembaca surat kabar.
h.      Pewarisan sosial
Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maunpun yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata dan etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Kemudahan akses informasi bukan hanya membutuhkan kecanggihan media massa sebagai alat penyampai pesan. Tetapi harus diiringi dengan kebebasan berbicara dan kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum. Hal ini sesuai dengan prinsip demokrasi yang banyak dianut oleh negara – negar di dunia termasuk Indonesia. Secara etimologi, istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari demos yang artinya rakyat dan cratos atau cratein yang artinya pemerintahan atau kekuasaan, sehingga istilah demokrasi dapat diartikan pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Berkaitan dengan hal itu, Indonesia sebagai negara yang demokratis dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, telah mengaturnya di dalam Undang – Undang Dasar 1945 pasal 28F yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang ada”.
Kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat dapat diwujudkan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah kebebasan pers sebagai bagian dari proses komunikasi massa. Kebebasan pers merupakan hak yang diberikan oleh konstitusional atau perlindungan hukum yang berkaitan dengan media dan bahan – bahan yang dipublikasikan seperti pencetakan dan penerbitkan surat kabar, majalah, buku, penyiaran telvevisi dan radio atau dalam material lainnya tanpa adanya tekanan dari pemerintah. Kebebasan pers juga dapat diartikan sebagai bentuk kebebasan yang diberikan kepada praktisi pers dalam mengumpulkan, menulis dan menginformasikan peristiwa, kebijakan, pendapat maupun inovasi kepada khalayak. Hal tersebut dapat menjadi peluang bagi para praktisi media, namun tidak menutup kemungkinan masayarakat umum pun dapat turut andil dalam memanfaatkan kebebasan pers dengan menyuarakan pendapat, aspirasi, kritik maupun saran melalui media massa. Kecanggihan teknologi dan kebebasan pers merupakan modal untuk memudahkan akses informasi. Jika keduanya sudah diperoleh, maka tidak ada hambatan bagi kita dalam mengakses informasi melalui media massa.
Di eran modern ini, media massa sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Tanpa kita sadari tiada hari tanpa bersentuhan dengan media. Hal tersebut dapat dimaklumi karena menurut Nurudin (2009: 4) salah satu ciri masyarakat modern yaitu
adanya ketergantungan terhadap media massa. Bahkan kebanyakan orang menetapkan apa yang baik dan tidak baik itu berdasarkan informasi dari media massa. Kita tidak akan bisa mengamati realitas dunia ini hanya dengan mata dan telinga saja. Bahkan kita tidak akan bisa berpartisipasi dalam kehidupan kita ini tanpa bantuan media massa.
Dengan demikian tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersentuhan dengan media. Namun yang perlu diperhatikan, sebagai konsumen media kita boleh langsung menelan mentah – mentah informasi yang ada di media massa. Kita harus menjadi konsumen yang cerdas dan kritis. Semua informasi yang diterima harus terlebih dulu disaring dan diinterpretasikan dengan baik agar tidak menimbulkan dampak yang negatif. Atau dengan kata lain kita harus melek media (media literacy), tetapi bukan di taraf yang rendah yaitu hanya mengkonsumsi media tanpa menganalisa dan mengevaluasi pesan yang diterima.
            Berkaitan dengan definisi literasi media atau melek media, salah seorang ahli bernama Rubin (dalam Baran, 2002: 51) mengatakan bahwa literasi media atau melek media adalah memahami sumber – sumber dan teknologi komunikasi, kode-kode yang digunakan, pesan yang dihasilkan, dan pemilihan, interpretasi, dan dampak dari pesan – pesan. Melek media jug dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk secara efektif dan efisien memahami dan memanfaatkan konten media massa. Melek media merupakan keterampilan yang bisa dimiliki oleh semua orang dan dapat ditingkatkan atau dikembangkan.
Kemampuan melek media menjadi hal yang penting di era kebebasan pers. Hal tersebut dikarenakan kebebasan pers yang berkembang saat ini bersifat liberal yang hanya mengutamakan profit tanpa memperdulikan dampak sosial bagi masyarakat, sehingga diperlukan kemampuan untuk menyaring konten – konten yang akan menimbulkan dampak negatif. Sebagai khalayak yang selalu berinteraksi dengan media, kita harus sadar akan pentingnya melek media. Adapun seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan literasi media apabila memiliki ciri – ciri diantaranya ia dapat dengan baik menerima informasi di media massa, menyadari bahwa ia tidak bisa lepas dari media dan ia sadar bahwa media mempengaruhi hidupnya, mampu menafsirkan pesan media secara efektif, selalu mengikuti perkembangan isu – isu di media dan menyertakan peran media dalam proses pengambilan keputusan.
            Sebagai sebuah keterampilan, melek media mempunyai karakteristik tententu. Menurut Sekolah Seni Media Silverblatt (dalam Baran, 2002: 50-53) mengidentifikasi lima unsur mendasar. Adapun karakteristik melek media yang pertama yaitu adanya kesadaran akan dampak media. Media massa dapat merubah dunia dengan dampak dari konten yang diberikan kepada khalayak. Jika kita mengabaikan dampak media, kita akan terbawa ke arah perubahan yang dikonstruksi oleh media. Karakteristik yang kedua, yaitu adanya pemahaman tentang proses komunikasi massa. Jika kita mengetahui komponen-komponen dari proses komunikasi massa dan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain, kita dapat membentuk ekspektasi tentang bagaimana mereka bisa melayani kita. Karakteristik selanjutnya adalah strategi untuk menganalisis dan mendiskusikan pesan media. Untuk mengkonsumsi pesan media kita perlu landasan yang menjadi dasar pemikiran dan refleksi. Misalnya, memahami maksud dan dampak dari konvensi film dan video seperti sudut kamera dan pencahayaan, atau strategi penempatan foto pada halaman surat kabar.
Karakteristik yang keempat yaitu pemahaman tentang konten media sebagai teks yang memberikan wawasan tentang budaya kita dan kehidupan kita. Bagaimana kita tahu budaya dan orang-orangnya, sikap, nilai-nilai, keprihatinan, dan mitos? kita tahu mereka melalui komunikasi. Untuk budaya modern seperti kita, pesan media semakin mendominasi komunikasi, membentuk pemahaman kita dan wawasan budaya kita. Kemudian karakteristik yang terakhir yaitu kemampuan untuk menikmati, memahami, dan menghargai isi media. Belajar untuk menikmati, memahami, dan menghargai isi media mencakup kemampuan untuk menggunakan beberapa poin untuk akses ke konten media serta menggunakan pendekatan media dari berbagai arah dan berbagai tingkatan makna. Dengan demikian, kita mengontrol makna untuk membuat kesenangan atau penghargaan diri kita sendiri. 
Pada dasarnya tujuan dari melek media sebenarnya untuk memberikan kontrol terhadap penafsiran pesan media. Pesan yang disampaikan oleh media kebanyakan bersifat bias, sehingga memerlukan alat filter untuk mencegah kesalahan dalam penafsiran. Sebagai suatu kemampuan, melek media dapat dimiliki oleh semua orang dan dapat dikembangkan. Untuk dapat mencapai tahap analisis pesan, kita harus mencapai tingkat kematangan emosional dan intelektual.
      Seperti yang ditelah diungkapkan sebelumnya bahwa melek media merupakan suatu kemampuan yang dapat dikembangkan. Untuk mengembangkan kemampuan melek media harus memiliki keterampilan – keterampilan khusus. Keterampilan tersebut seperti yang ditulis Stanley J Baran (2002: 51 - 54) dalam bukunya Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture yaitu:
1.      Kemampuan dan kemauan untuk melakukan upaya untuk memahami konten, memperhatikan, dan untuk menyaring “gangguan”. Yang dimaksud noise disini adalah segala sesuatu yang mengganggu komunikasi.
2.      Memahami dan menghargai kekuatan pesan media. Media massa telah ada selama lebih dari setengah abad. Hampir semua orang bisa menikmatinya. Konten yang media berikan bersifat gratis atau relatif murah. Sebagian besar konten yang media sajikan itu dangkal dan sedikit konyol, sehingga sering kali kita mengabaikan konten media. Sehingga orang menilai konten media tersebut tidak pantas untuk dijadikan sebagai perhatian serius atau terlalu sederhana untuk memiliki pengaruh apapun.
3.      Kemampuan untuk membedakan reaksi emosional dengan reaksi yang beralasan ketika menanggapi dan bertindak terhadap konten media. Konten media sering dirancang untuk menyentuh kita pada tingkatan emosional. Kita menikmati sebuah lagu atau acara film atau televisi dengan cara membiarkan emosional diri kita terbawa oleh lagu atau acara televisi atau film film tersebut, inilah yang sering kita lakukan ketika mengkonsumsi konten media. Tapi karena kita bereaksi secara emosional terhadap pesan-pesan tidak berarti mereka tidak memiliki makna dan implikasi yang serius bagi kehidupan kita.
4.      Pengembangan ekspektasi yang tinggi terhadap konten media. Kita semua menggunakan media untuk menghilangkan kejenuhan dan mengisi waktu luang.  Ketika kita memutuskan untuk menonton televisi, kita lebih cenderung untuk mengganti chanel dengan menekan tombol “flip” sampai kita menemukan tayangan yang. Ketika kita berada di toko video, kita sering puas karena "itu hanya sewa." Ketika harapan kita sedikit terhadap konten media, kita cenderung untuk memberi makna dan membuat sedikit usaha dan perhatian.
5.      Pengetahuan tentang konvensi genre dan kemampuan untuk mengenali ketika mereka dikolaborasikan. Genre merujuk pada kategori ekspresi dalam media yang berbeda, seperti ", berita malam dokumenter, film horor, atau majalah entertaiment." Setiap genre ditandai oleh beberapa ciri khas unsur-unsur gaya dari genre tersebut. Pengetahuan konvensi ini sangat penting karena mengarahkan pembuatan makna kita terhadap konten media. Sebagai contoh, kita tahu untuk menerima rincian dalam sebuah film dokumenter tentang tenggelamnya kapal Titanic sebagai lebih kredibel daripada yang ditemukan dalam sebuah film Hollywood tentang bencana tersebut.
6.      Kemampuan untuk berpikir kritis tentang pesan media, tidak peduli seberapa kredibel sumbernya. Kemampuan ini merupakan syarat penting khususnya di negara demokrasi di mana orang-orang mengatur konten media karena media sangat penting untuk proses pemerintahan. Inilah sebabnya mengapa media massa kadang-kadang disebut sebagai cabang keempat pemerintah, melengkapi cabang eksekutif, yudikatif, dan legislatif. Ini berarti, bagaimanapun, bahwa kita harus percaya segala sesuatu yang mereka melaporkan. Tetapi seringkali sulit untuk tiba pada keseimbangan yang tepat antara ingin percaya dan menerima apa yang kita lihat dan dengar tanpa bertanya, apalagi bila kita sering untuk menangguhkan rasa percaya dan didorong oleh media sendiri untuk melihat konten mereka sebagai sesuatu yang nyata dan kredibel.
7.      Pengetahuan tentang bahasa internal berbagai media dan kemampuan untuk memahami pengaruh. Sama seperti setiap genre media yang memiliki gaya tersendiri, setiap media juga memiliki bahasa internalnya sendiri yang spesifik. Bahasa ini dinyatakan dalam nilai produksi, pilihan pencahayaan, editing, efek khusus, musik, sudut pengambilan gambar, lokasi pada halaman, dan ukuran dan penempatan judul. Untuk dapat membaca teks media, Anda harus memahami bahasanya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan melek media (media literacy) merupakan kemampuan untuk secara efektif dan efisien memahami, memanfaatkan dan menginterpretasi konten media. Melek media  bertujuan untuk memberikan kontrol terhadap penafsiran pesan media. Pesan yang disampaikan oleh media kebanyakan bersifat bias, sehingga memerlukan alat filter untuk mencegah kesalahan dalam penafsiran. Kemampuan melek media dapat dimiliki oleh semua orang dan dapat dikembangkan melalui langkah – langkah tertentu. Adapun langkah – langkah yang dapat dilakukan diantaranya harus ada kemampuan dan kemauan untuk melakukan upaya untuk memahami konten, memperhatikan, dan untuk menyaring gangguan, memahami dan mengakui kekuatan pesan media dan adanya kemampuan untuk membedakan reaksi emosional dengan reaksi yang beralasan ketika menanggapi dan bertindak terhadap konten media.


Daftar Pustaka
Baran, J. Stanley. 2002. Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture. McGraw-hill Companies: Boston.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Rajawali Pers: Jakarta