6.24.2013

Posted by Unknown
1 comment | 8:46:00 PM




Dalam film berjudul "SWAT Firefight" menceritakan pemimpin LAPD SWAT (diperankan oleh Gabriel Macht) yang merupakan salah satu anggota SWAT terbaik dan petugas anti-teroris dan ia telah diberi kesempatan untuk di promosikan tapi ia pertama kali harus pergi ke Detroit untuk melatih anggota dari SWAT Detroit yaitu Tim Alpha selama dua minggu dan sehingga mereka bisa mendapatkan sertifikasi.
Paul Cutler dengan percaya dirinya harus melatih Justin Kellogg (diperankan oleh Nicholas Gonzalez), Danny Stockton (diperankan oleh Matt Bushell), Wayne Wolport (diperankan oleh Gino Anthony Pesi), Kyle Watters (diperankan oleh Kevin Phillips) dan Richard Mundy (diperankan oleh Mikha A. Hauptman).
Tentu saja, orang-orang Detroit yang tidak begitu senang dengan orang baru di wilayah mereka tapi karena dia cowok yang mempunyai berbagai pengalaman di dalam SWAT dan mereka harus siap menjadi tim untuk dilatih oleh Paul Culter sehingga nantinya mereka akan memiliki sertifikat. Inspektur Hollander (diperankan oleh Giancarlo Esposito) juga memberikan kesempatan Paul Culter untuk melatih para Tim Alpha yang berada di SWAT Detroit dan tim tersebut harus memberikan kesempatan kepada Paul Cutler untuk menjadi pemimpin di dalam pelatihan.
Suatu hari, ketika tim Alpha sedang melakukan pelatihan, mereka menerima panggilan darurat dan tim SWAT yang di bawah pimpinan Cutler yaitu untuk menyelamatkan seorang wanita yang disandera oleh Hatch Walter (diperankan oleh Robert Patrick), sementara dari beberapa tim mengamankan bangunan, Cutler dan Kellogg berhasil menghentikan Hatch dan menyelamatkan sandera yaitu Rose Walker (diperankan oleh Kristianna Loken). Namun ketika Cutler dan Kellogg mengamankan Walter, sandera wanita yang bernama Rose mencoba mengakhiri hidupnya menggunakan pistol sampai ia mencuri pistol dari Kellogg dan ingin SWAT yang bekerjasama untuk membunuh Hatch Walter. Mereka menolak dan akhirnya Rose membunuh dirinya sendiri menggunakan pistol tersebut yang ditembakan ke bagian kepalanya. Dengan apa yang terjadi, Walter merasa marah dan mengancam Cutler bahwa ia akan membalas dendam karena Culter penyebab pembunuhan Rose karena bagi Walter, Rose merupakan sosok wanita yang penting di dalam kehidupannya.
Kematian Rose adalah hal yang pertama kali Culter alami dari berbagai sandera yang ia selamatkan. Cutler merasa kesal kepada Kellog karena ia tidak menuruti perintah saat kejadian tersebut untuk menghentikan Rose dalam proses bunuh diri. Pada suatu waktu saat tim Alpha sedang bersantai di sebuah bar minuman, di sana Kellog dan Culter mencoba mengambil permainan video game untuk berkompetisi, namun saat kompetisi itu dilakukan Kellog berusaha meninju Culter karena saat permainan meninju di vidio game karena siapapun yang memiliki nilai titik terendah ia akan keluar dari tim, dan pada permainan video game tersebut Kelllog kalah dan ia kehilangan tempatnya di tim SWAT dan ia digantikan oleh seorang teman militer Cutler yaitu Lori Barton (diperankan oleh Shannon Kane) yang bekerja bersama Cutler di Irak dan akan membantunya dalam melatih orang-orang untuk bagaimana menjadi seorang penembak jitu yang lebih baik.
Sementara Cutler mempersiapkan untuk melanjutkan dan melatih timnya untuk sertifikasi. Kemudian ia menerima telepon dari Walter yang mengancam Hatch, bahwa ia akan datang di dalam kehidupannya karena Walter memiliki dendam akibat terbunuhnya Rose. Karena depresi Cutler belajar dari psikiater Kim Byers Detroid PD (diperankan oleh Carly Pope) akan apa yang ia alami saat di ancam oleh Walter dan dengan kasus bunuh diri yang dilakukan oleh Rose. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang diinginkan Walter dari Hacth. Sementara itu, saat Hatch istirahat dari kegiatan SWAT Walter mencoba untuk merencanakan balas dendamnya kepada Hatch. Saat akan melakukan pelatihan salah satu mobil anggota tim Detroit dan Walter mencuri buklet sertifikasi atau berkas-berkas yang ada di dalam mobil tersebut mengenai kegiatan SWAT dan ia memulai rencananya dalam memainkan pikiran dengan Cutler.
Ketika Cutler pulang, ia menemukan hadiah dari Walter (platform pemakaman atau karangan bunga untuk Cutler) dan dengan segera, Culter mulai mencari rumah tempat tinggal Walter dan saat Culter menggeledah tempat tinggal Walter ternyata yang ia temukan bukan Walter namun orang lain yang memiliki rumah tersebut. Saat mengetahui bahwa Culter salah rumah Walter yang saat itu sedang mengawasi Cuter tidak jauh dari rumah tersebut, Walter mencoba menelfon dan mengancam Culter bahwa ada bahan peledak di bawah mobilnya dan Culter mencoba memeriksa mobilnya dan ternyata dia menemukan sebuah bom di bawah mobil Culter.
Cutler menyadari bahwa ini semua kegilaan Walter Hatch yang mana Walter memiliki satu tujuan dan itu adalah untuk membunuh Culter dan setiap orang yang mempunyai hubungan dengannya. Pada proses balas dendamnya Walter menyandra kekasih Culter di sebuah gedung yang digunakan untuk pelatihan SWAT. Untuk menyelematkan sandera tersebut semua tim Alpha bergegas untuk menyelamatkan sandera tanpa diketahui oleh Culter, namun pada saat proses penyelamatan tersebut beberapa anggota tidak bisa menyelamatkan sandera bahkan ada pula anggota yang meninggal pada proses penyalamatan tersebut. Saat itu pula Walter mencoba menghubungi Culter dan ia mencoba mengancam Culter bahwa ia memiliki alat peledak yang Walter pasangkan kepada seorang wanita yang termasuk salah satu kekasih Culter yaitu Kim Byers dan juga seorang teman wanitanya yang termasuk anggota tim SWAT yaitu Lori Barton. Saat Culter mencoba menyelatkan teman-temannya dan kekasihnya, ia mendapatkan anggota tim yang lain yaitu Kyle Watters dan Watters mencoba untuk membantunya namun anggota tim tersebut atau Watters tertembak dan meninggal, dari anggota yang lain pun juga hanya tersisa beberapa orang saja. Dengan tekad bulat Culter mencoba menghadapi Walter dan juga dengan di bantu oleh Lori Barton yang merupakan anggota tim SWAT yang di sandera oleh Walter dan sudah di selamatkan terlebih dahulu oleh Culter. Saat proses penyergapan yang di lakukan Culter kepada Walter, akhirnya Walter meninggal dalam proses penyelamatan sandera tersebut, dan akhirnya kekasih Culter yaitu Kim dapat terselamatkan.

Posted by Unknown
No comments | 8:39:00 PM

Walaupun teori yang di kemukakan Bales di sebut interaksional itu sangat tepat dengan aktivitas individu, Aubrey Fisher dan Leonard Howes memaknainya sebagai sistem model manusia. Beberapa penulis percaya bahwa pendekatan yang lebih peka terhadapa pembelajaran komunikasi kelompok adalah model sistem interaksi yang mengasosiasi tindakan. Interaksi ini merupakan tindakan dari seseorang yang di ikuti oleh tindakan orang lain. Contoh nya yaitu tanya jawab, pernyataan-pernyataan dan salam-salam. Ini lah hal yang harus di amati karena bukanlah perilaku individual seperti hanya memberi sugesti, tetapi lanjutan dari tindakan lawan bicara. Seperti membuat sugesti tdan respon. Interaksi dapat di klasifikasikan melalui dimensi konten dan dimensi hubungan. Contohnya jika seseorang memberikan pertanyaan, kamu mungkin akan menjawabnya. Dan saat kamu tidak menjawab kamu berfikir itu pertanyaan tidak penting. Disini, jawabanmu adalah sebagai dimensi konten dan nonverbal dimensi hubungan.
Walaupun hal yang di analisa sebagai dimensi hubungan itu ada dalam diskusi kelompok, Fisher memusatkan dalam dimensi konten. Karena hampir sama komentar dalam tugas grup saling berhubungan untuk memutuskan tujuan.  Fisher mengklasifikasi pendapat dalam term bagaimana mereka merespon untuk memutuskan sebuah tujuan. Statment yang ada mungkin dapat setuju atau tidak setuju dengan tujuan sebagai contohnya.
            Dua hal yang  membedakan dari teori Bales dan Fisher. Bales mengklasifikasikan tpemberian tindakan dalam term fungsi sosioemosional. Sedangkan fisher berasumsi bahwa apapun tundakan yang dilakukan dapat mengisi dua fungsi simultan. Kedua, Bales mengklarifikasikan hanya ada satu tindakan dimana Fisher mengklasifikasikan dua tindakan dalam satu waktu atau dengan kata lain seorang peneliti akan mengklarifikasi tindakan dan tindakan yang mengikutinya. Disini peneliti dapat secara aktual melihat karakter dan frekuensi dari tindakan pasangan dalam komunikasi kelompok.
Dalam teori "theory of decision emergence", Fisher membagi empat tahap dalam tugas kelompk : orientasi , konflik, kemunculan dan penguatan kembali. Dalam observasinya, Fisher mencatat interaksi berubah menjadi formulasi keputusan grup dan solidaritas.
Pertama, tahap orientasi. Meningkatkan klarifikasi dan mulai melihat sudutpandang. Level tinggi dari persetujuan dalam level ini dan komen terkadang dibuat pada kelompok untuk menguji grup. Kedua, kualifikasi dan percobaan . Dalam tahap ini orang meraba untuk mempelajari dan memahami.
Tahap Konflik, berisi besarnya perbedaan pendapat. Orang-orang di tahap kedua ini mulai mengukuhkan sikapnya sendiri, dan lebih banyak polarisasi. Di sini interaksi meliputi perbedaan pendapat yang besar dan evaluasi yang tidak menguntungkan. Para anggota bedebat dan berusaha mengajak / mempengaruhi, dan mereka bisa membentuk koalisi.
Koalisi tersebut cenderung hilang di tahap ketiga, tahap kemunculan. Di sini tanda-tanda kerjasama muncul. Orang-orang tidak terlalu kukuh mempertahankan pendapatnya. Sementara mereka melunakkan posisi mereka dan menjalani perubahan sikap, kata-kata mereka menjadi semakin ambigu. Pendapat-pendapat yang menguntungkan mulai muncul.
Di tahap terakhir, pengukuhan(reinforcement), keputusan kelompok semakin kuat dan mendapat penguatan dari anggota kelompok. Kelompok bersatu dan bertahan dengan solusinya. Pendapat hampir semuanya positif dan menguntungkan. Ambiguitas yang ada dalam tahap ketiga cenderung menghilang.
Untuk menggambarkan tahap perkembangan kelompok, Fisher memberikan analisis juri tiruan dalam undang-undang mengenai kecelakaan kendaraan pada pejalan kaki. Di tahap pertama, juri mencari tahu pertanggungjawabannya,. Apa yang seharusnya dilakukan, dan bagaimana nanti akan dilakukannya? Keputusan apakah yang mungkin keluar? Ketidak jelasan masih ada sampai klarifikasi muncul. Perbedaan pendapat yang besar muncul dalam tahap konflik sampai juri memutuskan apakah terdakwa lalai dan bagaimana mereka metuskannya. Di sini interaksi cenderung lebih emosional dan memanas kadang kala.
Dalam tahap kemnculan, juri mulai setuju kalau terdakwa ternyata tidak lalai dan pejalan kaki bisa menghindari kecelakaan itu. Persetujuan ini bersifat sementara, dan juri mengulang lagi permasalahannya, tapi secara emosional dan perdebatan pasti mereda pada titik ini. Dan di tahap terakhir, pengukuhan, juri diyakinkan, dan semua orang setuju dengan hasilnya.
Tahap-tahap dalam pembuatan keputusan kelompok mencirikan interaksi dan berubah setiap waktu. Sebuah topik yang bersangkutan adalah decision modification. Fisher menemukan bahwa sebuah kelompok tidak hanya menyajikan satu ide setiap waktu, ataupun mengajukan sebuah ide dan memodifikasinya sampai sebuah konsensus tercapai. Modifikasi keputusan lebih mirip siklus. Beberapa proposal dibuat dibuat, satu-satu dibahas singkat, dan sisanya dibahas nanti. Diskusi proposal sepertinya berjalan dengan sedikit energi. Proposal A dibahas. Kemudian kelompok tidak setuju dan berlanjut ke proposal. Setelah diskusi ini, kelompok akan membahas proposal lain. Lalu seseorang mengangkat lagi proposal A namun sudah dimodisikasi. Kemudian kelompok setuju dengan rencana yang sudah dimodifikasi dari diskusi sebelumnnya. Mengapa diskusi berjalan tak menentu? Mungkin disebabkan permintaan interpersonal dalam diskusi membutuhkan “break” dari tugas-tugas kelompok. Efeknya adalah, pendeknya perhatian kelompok karena padatnya kerja, dan sikap yang dingin membantu mengatur ketegangan dan konflik
Fisher menemukan bahwa dalam memodifikasi usulan, kelompok cenderung mengikuti salah satu dari dua pola. Jika konflik rendah, kelompok akan memperkenalkan kembali proposal dalam waktu kurang abstrak, bahasa yang lebih spesifik. karena berturut-turut kembali ke proposal, tampaknya mengikuti pola yang menyatakan masalah, mendiskusikan kriteria untuk solusi, memperkenalkan solusi abstrak, dan bergerak akhirnya solusi konkret. Perlu diingat, kelompok yang kemungkinan besar tidak akan bergerak itu melalui empat langkah ini lancar, tapi mungkin akan melakukannya secara sporadis sebagai anggota berangkat dari dan kembali ke usulan di berhenti dan mulai mode.
Pola lain umum ketika konflik lebih tinggi. Di sini, kelompok tidak berusaha untuk membuat proposal yang lebih spesifik. Karena ketidaksepakatan ada pada gagasan dasar, kelompok memperkenalkan pengganti proposal dari tingkat yang sama abstraksi seperti aslinya.
Teori Fisher adalah contoh dari model fase perkembangan kelompok. Model fase memprediksi bahwa kelompok melalui serangkaian tahapan dalam menangani masalah atau set tugas. Karena ada model seperti itu dalam sejarah teori grup kecil, pendekatan fase merupakan pandangan dominan pengembangan kelompok. baru-baru ini,

Posted by Unknown
3 comments | 8:37:00 PM

Sebagian besar karya yang membahas komunikasi dalam kelompok berasal dari ilmu psikologi sosial. Pada bagian ini kita akan membahas satu teori klasik yang dinamakan teori analisis interaksi yang memberikan pengaruh besar pada teori komunikasi kelompok. Teori ini membahas jenis – jenis pesan yang disampaikan anggota kelompok dan bagaimana pesan memengaruhi peran dan kepribadian kelompok.
Robert Bales (1950) menyusun teori yang menjelaskan mengenai analisis proses interkasi (interaction process analysis) yang saat ini sudah menjadi salah satu karya klasik teori komunikasi. Dengan menggunakan hasil risetnya selama bertahun – tahun sebagai fondasinya, Bales menyusun teori mengenai komunikasi kelompok kecil untuk menjelaskan mengenai jenis – jenis pesan dan kepribadian anggota kelompok serta bagaimana pesan tersebut memengaruhi karakter atau sifat kelompok secara keseluruhan.
Bales menyatakan terdapat 12 jenis pesan dalam komunikasi kelompok yang dapat disederhanakan menjadi empat pesan, yang terdiri atas: tindakan positif, upaya jawaban, pertanyaan dan tindakan negatif seperti pada skema di bawah ini. Jenis – jenis perilaku dalam kotak tersebut bersifat berpasangan, dan setiap pasangan perilaku memiliki wilayah masalah tertentu bagi kelompok yang bersangkutan. Misalnya “memberikan informasi” dipasangakan dengan “meminta informasi”, “memberikan pendapat” dipasangakan dengan “meminta pendapat”, dan memberikan saran dipasangkan dengan “meminta saran”. 
Bales menemukan bahwa salah satu cara kelompok melepaskan ketegangan adalah dengan bercerita, atau mendramatisir. Dalam bab 8 kita melihat perkembangan Ernest Bormann tentang ide ini dalam teori konvergensi simbolis, yang memiliki aplikasi khusus dalam kelompok kecil. Bormann percaya bahwa bentuk komunikasi sangat penting tidak hanya dalam mengurangi ketegangan, tetapi juga dalam mempengaruhi kualitas diskusi kelompok secara umum. Cerita sering diceritakan dan diceritakan kembali dalam suatu kelompok. Mereka terdiri dari tema fantasi, atau pengetahuan bersama, yang membangun identitas bersama dalam kelompok. Tema fantasi merupakan mekanisme yang dikembangkan kekompakan dalam kelompok. Seperti kita ketahui, kekompakan dapat memiliki efek baik positif dan negatif pada pengambilan keputusan.
Ada dua bentuk perilaku komunikasi, yaitu sosioemosional, ditunjukkan dengan sikap positif dan negative seperti ramah, sombong, dramatisir, dan perilaku kedua ialah berdasarkan kerjanyanya seperti saran,  opini, dan informasi.
Dalam investigasi kepemimpinan, Balas menemukan bahwa group yang sama akan memiliki dua bentuk kepemimpinan yang berbeda. Pemimpin kerja yaitu seseorang yang memfasilitasi dan mengkoordinasi kerjanya berkaitan komentar, komando secara langsung untuk memastikan kerjanya selesai. Sama pentingnya dengan pemimpin sosioemosional yang bekerja untuk meningkatkan hubungan dalam group tesebut berkonsentrasi pada interaksi dari sector positif dan negatifnya. Biasanya kedua pemimpin ini dipegang oleh dua orang yang berbeda.
Bales telah menunjukkan bagaimana persepsi posisi seorang individu dalam sebuah group memiliki fungsi tiga dimensi, yaitu dominan versus submassive, peramah versus jutek, dan instrumental versus emosional. Factor tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensi dengan label “positif-negatif”, “atasan-bawahan”, “kemajuan-kemunduran”.
Dalam kelompok tertentu, perilaku setiap anggota dapat ditempatkan dalam ruang tiga dimensi. Posisi seseorang tergantung pada kuadran di mana individu tersebut  muncul. Posisi seseorang dalam kuadran ditentukan oleh tingkat dimensi masing-masing yang mewakili. Jadi, misalnya UPF bisa muncul pada berbagai titik dalam ruang, tergantung pada tingkat U, P, dan F. Ketika jenis perilaku semua anggota kelompok diplot dalam grafik spasial, hubungan dan jaringan mereka dapat dilihat. Kelompok yang lebih besar, cenderung sebagai sub kelompok koalisi untuk berkembang. Sub-kelompok terdiri dari individu dengan dimensi nilai yang sama. Jelas ada afinitas antara individu-individu yang dekat dalam dimensi dan arah sebuah nilai, sedangkan kedekatan individu tidak ada hubungannya.
Tidak hanya dapat memprediksi soal koalisi dan jaringan dalam sebuah kelompok dari distribusi berbagai jenis kelompok, tapi Bales juga telah menunjukkan bahwa tipe perilaku seseorang berkaitan dengan jenis pernyataan orang lain yang dibuat. Interaksi tersebut menujukkan bahwa seseorang dapat memulai dan menerima bergantung pada jenis perilakunya.
Posted by Unknown
No comments | 8:34:00 PM

Sosiometris dapat diartikan sebagai pendekatan metodologis terhadap kelompok-kelompok yang diciptakan mula-mula oleh Moreno dan kemudian dikembangkan oleh Jennings dan oleh yang lainnya. Pada dasarnya teori ini berhubungan dengan “daya tarik” (attraction) dan “penolakan”(repulsions) yang dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain serta implikasi perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok.
Meskipun sosiometris tidak langsung berkepentingan dengan komunikasi, struktur sosiometris dari suatu kelompok tidak dapat disangkal berhubungan dengan beberapa hal yang terjadi dalam komunikasi kelompok. Cukup masuk akal untuk menganggap bahwa individu yang merasa tertarik satu sama lain dan yang saling menempatkan diri pada peringkat yang tinggi akan lebih suka berkomunikasi sedemikian rupa sehingga membedakan mereka dari berkomunikasi anggota-anggota kelompok yang saling membenci.

Posted by Unknown
No comments | 8:26:00 PM
Pada pembahasan ini terdapat dua topik penting dalam kelompok yaitu mengenai struktur kelompok dan kerja kelompok. Ketika suatu kelompok bekerja melaksanakan tugasnya maka kelompok menciptakan suatu struktur dan pada gilirannya memengaruhi bagaimana kelompok mengelola pekerjaan dan tugasnya. Dengan kata lain, kedua topik ini saling berhubungan satu sama lain.

Marshall Scott Pole dan beberapa rekannya mencurahkan waktu mereka selama beberapa tahun menggunakan teori strukturasi yang dikembangkan Anthony Giddens untuk mengamati proses pengambilan keputusan dalam kelompok. Menurut Poole, pengambilan keputusan kelompok adalah suatu proses dimana anggota kelompok berupaya mencapai konvergensi atau persetujuan atas suatu keputusan akhir dan untuk mencapai hal itu, mereka harus membangun suatu struktur sistem sosial. Dengan kata lain, dalam proses untuk mencoba mencapai konsensus, kelompok akan menghasilkan konsekwensi tidak disengaja yang membentuk kerja masa depan kelompok. Anggot kelompok akan menghasilkan dan menghasilkan kembali aturan – aturan baru dengan cara mengemukakan pendapat dan prefensi mereka yang dapat digunakan untuk mencapai atau menghambat terjadinya konvergensi. Proses strukturasi ini sebagaimana dijelaskan oleh Giddens, terjadi dalam tiga wilayah, yaitu interpretasi, moral, dan kekuasaan.
Poole memberikan contoh, misalnya Anda ingin membujuk anggota kelompok lainnya untuk mendukung rencana yang Anda inginkan untuk dilaksanakan dan agar anggota lain setuju, apa yang harus Anda lakukan? Dalam hal ini, gagasan Giddens mengenai tiga wilayah strukturasi tersebut dapat diterapkan sebagai berikut:
1.      Anda dan anggota kelompok harus memiliki suatu interpretasi yang sama terhadap rencana yang Anda inginkan untuk diterapkan dengan menggunakan istilah berdasarkan pengalaman sebelumnya yang sering atau umum digunakan sehingga lebih mudah dimengerti oleh anggota kelompok lainnya. Sebagian dari kata – kata yang Anda gunakan mungkin harus agak khusus atau spesifik digunakan dalam kelompok (menggunakan istilah atau ungkapan yang familiar atau khas dengan kelompok bersangkutan)
2.      Dengan menggunakan gaya bicara tertentu, maka Anda bertindak menurut cara – cara yang lebih bisa diterima kelompok, menurut norma – norma yang berlaku dalam kelompok, atau menurut rasa mengenai apa yang salah atau benar, menurut moralitas kelompok Anda.
3.      Untuk bisa menjadi pembicara yang efektif, maka Anda menggunakan berbagai macam sumber kekuasaan, seperti kemampuan untuk memimpin atau status yang Anda miliki. Dengan demikian, apa yang berkuasa di dalam kelompok ditentukan oleh sejarah interaksi dalam kelompok, dan Anda akan menggunakan sumber – sumber kekuasaan ini untuk membujuk orang lain agar menyetujui rencana Anda.
Selain faktor – faktor internal yang telah dijelaskan sebelumnya, maka faktor – faktor eksternal selalu memengaruhi tindakan kelompok. Namun demikian, faktor – faktor luar hanya dapat memiliki makna sejauh mereka dapat dimengerti dan dapat diinterpretasikan oleh kelompok bersangkutan, dan interpretasi ini akan terus dinegosiasikan selama interkasi berlangsung dalam kelompok. Dalam hal ini, terdapat dua faktor yang memengaruhi interkasi kelompok yaitu jenis kerja dan posisi anggota kelompok.

daftar pustaka
Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Ghalia Indonesia: Bogor.



Posted by Unknown
No comments | 8:22:00 PM

Kelompok sering dipandang sebagai sistem sibernetik yang berarti informasi dan pengaruh dari luar masuk ke dalam kelompok (disebut dengan masukan atau input), kelompok kemudian mengolah masukan yang diterimanya (proses) sehingga menjadi hasil (output). Hasil yang diperoleh pada gilirannya akan memengaruhi lingkungan yang nantinya menjadi kembali menjadi masukan bagi kelompok bersangkutan. Gagasan ini dikenal dengan sebutan model masukan – proses – hasil (input – process – output model) yang dikemukakan Barry Collins dan Harold Guetzkow.
Ide atau gagasan mengenai kelompok tersebut telah mempengaruhi ahli komunikasi dalam hal bagaimana mereka seharusnya memandang kelompok, dan sebagian besar riset mengenai komunikasi kelompok selama bertahun – tahun kemudian mengikuti model masukan – proses – hasil ini. Misalnya, sutau penelitian dilakukan untuk meneliti efek keragaman atau heterogenitas anggota kelompok (variabel masukan) terhadap jumlah obrolan atau pembicaraan dalam kelompok dan efek dari pola – pola interaksi (variabel proses) terhadap suatu kepuasan anggota kelompok (variabel keluaran).
Mengambil gagasan Bales, model yang dikemukakan Barry Collins dan Harold Guetzkow ini menunjukkan bahwa suatu kelompok kerja atau tugas (task group) berhadapan dengan dua jenis masalah atau hambatan, yaitu hambatan kerja dan hambatan interpersonal. Hambatan kerja (task obstacles) adalah kesulitan – kesulitan yang ditemui oleh kelompok dalam menangani tugas atau pekerjaannya, misalnya merencanakan kegiatan atau menyetujui suatu kebijakan, dan lain sebagainya. Dalam mengatasi hambatan kerja ini, anggota kelompok langsung menangani masalah yang dihadapi dengan cara menganalisis situasi, meyarankan solusi serta mempertimbangkan sejumlah alternatif.
Jika kelompok harus mengambil keputusan, maka anggota kelompok tidak saja harus mempertimbangkan keputusan yang sebaiknya diambil, tetapi juga mereka harus bekerja secara efektif dengan anggota kelompok lainnya. Bila dua atau lebih anggota bersama – sama mengatasi suatu masalah, maka muncul hambatan interpersonal (interpersonal abstacles). Hambatan mencakup kebutuhan untuk membuat gagasan atau ide agar dapat dipahami dengan jelas oleh anggota lain, kebutuhan untuk mengatasi konflik, kebutuhan untuk mengelola perbedaan dan seterusnya. Dengan demikian, pada setiap kelompok, para anggotanya harus secara serentak menangani hambatan tugas dan hambatan interpersonal.
Dengan demikian, terdapat dua jenis perilaku dalam kelompok, yaitu perilaku terhadap kerja dan perilaku terhadap anggota lainnya (interpersonal). Kedua jenis perilaku ini berperan penting pada produktivitas dan setiap analisis yang dilakukan terhadap masalah kelompok harus membahas kedua hal tersebut. Jika perilaku kerja dan perilaku interpersonal ini dapat dipadukan atau diintergrasikan secara efektif maka dapat menghasilkan “efek bersama” yaitu suatu hasil kerja atau produk yang lebih baik daripada hasil kerja atau produk perorangan atau individual, bahkan lebih baik dibandingkan hasil kerja anggota lain. Jadi, misalnya, suatu kelompok mempersiapkan rencana untuk berwisata ke luar kota dan mereka dapat memadukan perilaku kerja dan perilaku interpersonal mereka dengan baik, daripada jika hanya satu orang saja yang merencanakan kegiatan itu.
Penghargaan kelompok (group reward) bisa menjadi hal yang positif atau negatif, hal ini berlaku baik untuk kerja interpersonal atau melakukan tugas. Suatu tugas kelompok yang berhasil atau sukses dilakukan merupakan suatu bentuk penghargaan terhadap pekerjaan atau tugas, disebut dengan penghargaan kerja (task reward). Kesenangan atau kegembiraan yang dirasakan ketika melakukan tugas merupakan suuatu penghargaan interpersonal (interpersonal reward). Jika tugas dapat diselesaikan dengan baik dan para anggota menikmatinya, maka kerja bersama di masa depan akan sangat mungkin dilakukan kembali. Namun jika tugas tidak dapat diselesaikan dengan baik atau para anggota tidak dapat mengatasi perbedaan yang muncul, maka kerja bersama di masa depan akan sulit untuk dilakukan.
Kita dapat menganggap upaya yang dilakukan suatu kelompok untuk mencapai tujuan sebagai suatu “energi”. Sebagian dari energi yang dimiliki kelompok digunakan untuk mengatasi hambatan kerja dan sebagian lagi digunakan untuk mengatasi hambatan interpersonal. Raymond Cattel menggunakan “sinergi” bagi upaya yang dilakukan kelompok untuk mencapai tujuan. Jumlah energi yang digunakan untuk mengatasi hambatan interpersonal dinamakan dengan sinergi intrinsik dan sisa energi yang tersedia untuk melaksanakan tugas atau kerja dinamakan sinergi efektif.

daftar pustaka
Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Ghalia Indonesia: Bogor.