Dalam membahas tentang Kelompok, kita mengenal
beberapa tradisi,
salah satunya
adalah Tradisi Sosiokultural, dimana dalam tradisi ini memiliki beberapa teori
yang secara ringkas dan spesifik dibahas 3 teori, yaitu teori penyusunan,
dimana teori ini menjelaskan proses dasar dimana kelompok menciptakan struktur.
Kemudian teori Fungsional, yaitu teori yang memandang pada sebuah keragaman
faktor yang mempengaruhi tugas kefektifan. Dan terakhir disimpulkan dengan
teori Pemikiran kelompok, yang berfokus secara spesifik pada salah satu masalah
yang paling biasa dihadapi oleh tugas kelompok.
Teori –
teori fungsional
komunikasi kelompok menunjukkan proses dari sebuah instrument dimana
sebuah kelompok membuat keputusan-keputusan, menegaskan hubungan antara
kualitas komunikasi dan kualitas dari hasil kelompok. Komunikasi melakukan
beberapa hal, atau fungsi pada beberapa cara, dalam membentuk hasil kelompok:
Hal ini berarti saling berbagi informasi, itu merupakan cara anggota-anggota
kelompok untuk mencari dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan dalam berpikir,
dan itu merupakan alat persuasi.
Kegiatan ini telah dipengaruhi oleh pragmatisme dari pengajaran
diskusi kelompok kecil. Hal ini berdasarkan hasil karya filsuf John Dewey, yang
sejak dipublikasikannya How We Think
pada tahun 1910, telas mempengaruhi pemikiran pragmatis di abad 20. Walaupun metode riset yang digunakan teori fungsional
untuk mempelajari fungsi – fungsi kelompok mirip dengan praktik yang dilakukan
tradisi sosiopsikologi, namun Stephen Littlejohn dan Karen Foss (2008)
menempatkan teori fungsional dalam kelompok sosiokultural karena teori ini
memberikan perhatian pada bagaimana suatu kelompok bekerja.
Proses
pemecahan masalah versi Dewey memiliki
enam langkah:
1. Menunjukkan
kesulitan
2. Mendefinisikan
masalah
3. Menganalisa
masalah
4. Menyarankan
solusi
5. Membandingkan
alternatif-alternatif solusi lain dan mengujinya melalui seperangkat tujuan
atau criteria.
6. Menerapkan
solusi yang terbaik.
Teori-teori dari tradisi fungsional menunjukkan cara
komunikasi mempengaruhi tiap-tiap elemen
tersebut.
Randy Hirokawa dan temannya telah menjadi pemuncak dalam
tradisi fungsional. Karya mereka melihat pada variasi kesalahan yang dibuat
kelompok, bermaksud untuk mengindentifikasi hal-hal yang perlu disadari oleh
kelompok agar lebih efektif. Hirokawa bersama dengan Gouran memandang bahwa
proses pengambilan keputusan kelompok perlu memenuhi empat syarat tugas jika
anggota ingin mencapai satu solusi berkualitas tinggi. Dengan kata lain,
kelompok harus mampu melaksanakan empat fungsi untuk dapat menghasilkan
keputusan yang efektif yang terdiri dari (1) analisis masalah, (2) penentuan
tujuan, (3) identifikasi alternatif, dan (4) Evaluasi konsekuensi positif dan
negatif.
1.
Analisis masalah
Kelompok
biasanya memulai proses pengambilan keputusan dengan mengidentifikasi dan
menilai suatu masalah. Mengidentifikasi dan menilai sebuah masalah dan disini
Hirokawa dan koleganya bergelut dengan segelintir pertanyaan-pertanyaan,
seperti: Apa yang terjadi? Mengapa bisa terjadi? Siapa yang terlibat? Dan
sebagainya. Sehingga akan menuju pada suatu kesimpulan apakah keadaan tersebut
memerlukan perbaikan atau tidak. Hirokawa mengingatkan bahwa suatu
kesalahpengertian terhadap situasi akan berdampak besar ketika akan mengambil
sebuah keputusan akhir. Kesalahan paling nyata ketika melakukan analisis
masalah adalah kegagalan untuk mengenali suatu potensi ancaman ketika ancaman
tersebut benar-benar ada. Ketika kelompok menyadari adanya potensi masalah,
mereka kemudian juga harus mengetahu sifat, ruang lingkup, dan penyebab
munculnya masalah yang tengah mereka hadapi.
2.
Penentuan tujuan
Kelompok
harus mengumpulkan dan mengevaluasi informasi terkait dengan masalah yang
tengah dihadapi. Ketika kelompok membahas berbagai kemungkinan solusi,
informasi akan terus diterima dan terkumpul. Ketika informasi yang diterima
jelas memadai, maka kelompok harus menentukan tujuan yang harus dicapai.
Menurut Hirokawa dan Gouran, pembahasan mengenai tujuan yang harus dicapai
harus dilakukan karena anggota kelompok harus memiliki pengertian yang jelas
mengenai apa yang harus dicapai. Kelompok perlu menentukan kriteria bagaimana
cara menilai keberhasilan solusi yang diajukan. Dalam hal ini Hirokawa
mengatakan jika kelompok gagal untuk menentukan tujuan yang akan dicapai maka
keputusan yang akan diambil kemungkinan lebih didorong oleh faktor politik
(kekuasaan) daripada alasan yang masuk akal.
3.
Identifikasi
alternatif
Pada
tahap ini kelompok membuat berbagai usulan alternatif untuk mengatasi masalah.
Hirokawa dan Gouran menekankan pentingnya memiliki sejumlah solusi alternatif
ketika kelompok mengambil keputusan mengenai masalah yang tengah dihadapi.
4.
Evaluasi konsekuensi
Berbagai
solusi alternatif yang tersedia kemudian dievaluasi dengan tujuan akhirnya
adalah untuk mengambil keputusan. Anggota kelompok harus menguji keunggulan
dari setiap pilihan yang tersedia untuk menentukan pilihan solusi yang paling
memenuhi kriteria yang dinilai penting. Dalam hal ini anggota kelompok harus
menginventarisir dan menganalisis semua faktor positif dan negatif dari setiap
pilihan solusi yang tersedia.
Faktor-faktor yang berkontribusi dengan keputusan yang
salah atau yang bisa menyebabkan kelompok memutuskan keputusan yang salah
adalah seperti:
1.
Penilaian yang
salah/yang tidak sesuai (Imroper
Assessment) terhadap masalah. Dimana kelompok mungkin gagal untuk melihat
bentuk kesalahan atau tidak akurat dalam mengidentifikasi penyebab permasalahan.
2.
Sasaran dan tujuan
yang tidak tepat (Inapptopriate goals
& Obejctives). Dalam hal ini, kelompok mungkin mengabaikan pentingnya
sasaran yang harus dicapai atau mungkin mengerjakan hal yang tidak penting.
3.
Penilaian yang
salah terhadap kualitas positif atau negatif (Improper assessment of positive and negative qualities). Dalam hal
ini kelompok mengabaikan beberapa keuntungan, kerugian dan atau keduanya atau
juga menaksir terlalu tinggi dari hasil positif atau negatif.
4.
Kurangnya informasi
dasar atau tidak cukup atau tidak akurat (inadequate
information base). Hal ini dimaksudkan bahwa bisa saja terjadi informasi
valid ditolak, informasi tidak valid justru di terima. Terlalu sedikit
informasi yang ditrima atau terlalu banyak informasi yang diterima, menyebabkan
kelebihan beban dan kebingungan dalam memnyarin informasi-informasi tersebut.
Randy Hirokawa
terlihat seperti melakukan pengembangan dari teori proses penyelesaian masalah
oleh Dewey, dimana Dewey menyebutkan secara hirarkis dan terstruktur secara baku,
namun Randy Hirokawa mengatakan bahwa seluruh proses tidaklah harus dilakukan
mengikuti urutan-urutan baku, namun bisa dilakukan secara bersamaan ataupun
yang berada diurutan sesudahnya, bisa dilakukan sebelumnya.
Hirokawa juga melakukan sebuah kajian tentang ke empat
aspek menyangkut kualitas keputusan, yang hasil analisis secara statistik
menunjukkan bahwa kualitas keputusan kelompok sangat berhubungan dengan ke
empat elemen tersebut atau jelasnya, kelompok yang lebih efektif yang melakukan
sesuai dengan ke empat fungsi, telah membuat keputusan yang lebih baik.
Hirokawa dan Gouran juga megajukan tiga tipe komunikasi
yang berlangsung dalam pengambilan keputusan kelompok berikut ini.
1.
Promotif, yaitu
tipe komunikasi yang mana anggota kelompok bergerak pada jalur jalan yang benar
menuju ke arah yang benar. Dalam hal ini anggota kelompok saling mengingatkan
pada tujuan yang ingin dicapai menuju kepada empat fungsi tersebut.
2.
Disruptif, yaitu
tipe komunikasi dimana interaksi yang terjadi menyebabkan anggota kelompok
beralih atau menyimpang, membuat lambat atau mengacaukan kemampuan anggota
untuk mencapai keempat fungsi tersebut.
3.
Konteraktif, yaitu
interaksi yang digunakan anggota untuk menarik kembali anggota yang menyimpang,
atau tersesat dalam diskusi untuk kembali ke jalan yang benar.
Beberapa ucapan anggota kelompok cenderung disruptif,
sehingga diperlukan seseorang yang mengingatkan agar anggota kelompok kembali
ke jalur yang benar dalam memecahkan masalah dan mencapai tujuan.
Dalam Teori Fungsional ini yang dapat di katakan bahwa
definisi beserta penjelasan-penjelasan teori kurang menyentuh kepada proses
yang terjadi pada setiap individu, bahwa individu-individu yang terlibat
didalam kelompok, masing-masing juga dipengaruhi oleh kelompok-kelompok lain, dimana
dia tergabung didalamnya, sehingga peran individu sangatlah signifikan. Namun
dalam hal ini, hanya dijelaskan bagaimana teori Fungsional itu pada proses dan
cara penyelesaian masalah, tidak pada individu-individu yang terlibat dalam
kelompok dan proses yang terjadi pada individu-individu tersebut dalam hal
penerimaan informasi, analisa dan sebagainya.
Daftar Pustaka
Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Ghalia Indonesia: Bogor.
Stephen W., Littlejohn dan Karen A. Foss. 2008. Theories of Human Communication.
Belmont: Thomson Wadsworth.
0 komentar:
Posting Komentar