3.06.2014

Posted by Unknown
No comments | 10:39:00 AM
Oleh
Riyan Ikhramullah

Tanggal 1 Juni adalah tanggal paling bersejarah bagi kehidupan bangsa Indonesia. Tanggal yang mengingatkan  pada momentum  lahirnya falsafah bangsa yang tersusun dalam lima kalimat sederhana namun penuh makna. Kata demi kata didalamnya tersusun begitu rapih dan sarat akan  nilai – nilai kehidupan. Sampai saat ini kelima kalimat tersebut masih kokoh dan tidak akan berubah selama NKRI masih berdiri tegak.
Sebagai dasar negara, sudah sepatutnya Pancasila dijadikan landasan dalam berbagai aspek kehidupan. Pancasila bukan sekedar kalimat yang harus dihafal dan diucapkan setiap upacara bendera. Lebih dari itu, di dalam sila – sila pancasila terkandung nilai – nilai penting yang sering tidak disadari.
Salah satu bukti nyata yang menunjukkan bahwa Pancasila sarat akan nilai kehidupan terutama nilai toleransi tampak pada sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada sila tersebut sangat jelas tidak adanya kecenderungan untuk memihak agama tertentu. Atau dengan kata lain tidak ada stereotip primordial agama. Padahal mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
Selain adanya nilai toleransi, sila – sila Pancasila juga mengandung nilai esensial lainnya seperti kemanusiaan, persatuan, keadilan, dan demokrasi. Nilai tersebut dengan jelas tertuang dalam sila kedua yang secara implisit menunjukkan bahwa Pancasila menghargai hak asasi manusia. Manusia harus diperlakukan secara adil tanpa memandang status yang melekat pada individu sejak lahir seperti suku dan ras maupun status sosial ekonomi.  Selain itu, manusia juga harus lah dimanusiakan sesuai dengan kodratnya tanpa harus kehilangan hak – hak yang dimilikinya.
Pengetahuan tentang nilai - nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seharusnya dapat menjadi pegangan bagi setiap individu. Namun sangat disayangkan, Pancasila hanya dijadikan hiasan dinding sekolah maupun kantor tanpa mengetahui apa makna yang terkandung di dalamnya. Maka dari itu tidak mengherankan jika belakangan ini banyak koflik muncul dengan dalih SARA, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), maupun masalah kesejahteraan.
Sebut saja konflik yang terjadi di Sampang, Madura, beberapa waktu lalu. Konflik yang terjadi antara kaum Syiah dan Sunni ini cukup menggegerkan banyak pihak. Bahkan selama beberapa hari menjadi trending topic di berbagai media massa. Miris memang jika memikirkan peristiwa ini. Konflik yang awalnya diisukan muncul karena faktor perselisihan dalam keluarga, kini berujung pada konflik antarkeyakinan yang mengakibatkan korban jiwa dan harta benda.
Bukan hanya itu, peristiwa penyekapan buruh pabrik panci di Desa Lebak Wangi, Sepatan, Tangerang pun cukup membuat masyarkat geleng kepala. Pasalnya buruh yang bekerja di pabrik milik Yuki Irawan ini tidak diperlakukan secara manusiawi. Selama beberapa bulan mereka tidak diberi gaji. Bahkan sebagian dari mereka menderita penyakit kulit.
Berdasarkan kedua peristiwa di atas lalu muncul segilintir pertanyaan, apakah yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi? Lalu, apakah Pancasila tidak mampu menjawab semua permasalahan ini atau dengan kata lain Pancasila telah mati?
Aplikasi nilai
            Pengetahuan tentang nilai – nilai Pancasila tampaknya tidak cukup untuk menjawab berbagai permasalahan bangsa ini. Peliknya masalah yang menghantam tanah air tak cukup diselesaikan hanya sekedar tahu apa itu Pancasila. Melainkan harus dengan langkah konkrit.
            Memang tidak mudah mengatur ratusan juta orang dengan berbagai isi di kepala mereka. Semuanya butuh proses. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan yaitu dengan mengubah pola pikir masyarakat karena pada dasarnya pola pikir lah yang mengorganisasikan perilaku individu. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Stephen Covey bahwa jika seseorang menginginkan perubahan kecil dalam hidupnya, maka ubah lah perilakunya. Namun jika ia menginginkan perubahan besar yangg mendasar, maka ubah lah pola pikirnya.
            Setelah pola pikir masyarakat dapat diorganisasikan, maka langkah selanjutnya yaitu mengubah perilaku sesuai dengan nilai – nilai Pancasila. Langkah ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan yang efektif dapat dilakukan dengan pendekatan komunikasi interpersonal sebagai media pencegahan (preventive) dan pengawasan (control). Untuk melakukan pendekatan ini dibutuhkan partisipasi aktif dari berbagai pihak seperti keluarga, sekolah maupun teman sebaya.

            Kelahiran Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bukan hanya sebagai simbol negara belaka. Pancasila lahir untuk hidup dan Pancasila hidup untuk Indonesia. 

0 komentar:

Posting Komentar