Oleh
Riyan Ikhramullah
Tanggal
1 Juni adalah tanggal paling bersejarah bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Tanggal yang mengingatkan pada
momentum lahirnya falsafah bangsa yang
tersusun dalam lima kalimat sederhana namun penuh makna. Kata demi kata
didalamnya tersusun begitu rapih dan sarat akan
nilai – nilai kehidupan. Sampai saat ini kelima kalimat tersebut masih kokoh
dan tidak akan berubah selama NKRI masih berdiri tegak.
Sebagai
dasar negara, sudah sepatutnya Pancasila dijadikan landasan dalam berbagai
aspek kehidupan. Pancasila bukan sekedar kalimat yang harus dihafal dan diucapkan
setiap upacara bendera. Lebih dari itu, di dalam sila – sila pancasila
terkandung nilai – nilai penting yang sering tidak disadari.
Salah
satu bukti nyata yang menunjukkan bahwa Pancasila sarat akan nilai kehidupan terutama
nilai toleransi tampak pada sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada sila tersebut sangat jelas tidak adanya kecenderungan untuk memihak agama
tertentu. Atau dengan kata lain tidak ada stereotip primordial agama. Padahal
mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
Selain
adanya nilai toleransi, sila – sila Pancasila juga mengandung nilai esensial
lainnya seperti kemanusiaan, persatuan, keadilan, dan demokrasi. Nilai tersebut
dengan jelas tertuang dalam sila kedua yang secara implisit menunjukkan bahwa
Pancasila menghargai hak asasi manusia. Manusia harus diperlakukan secara adil
tanpa memandang status yang melekat pada individu sejak lahir seperti suku dan
ras maupun status sosial ekonomi. Selain
itu, manusia juga harus lah dimanusiakan sesuai dengan kodratnya tanpa harus
kehilangan hak – hak yang dimilikinya.
Pengetahuan
tentang nilai - nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seharusnya
dapat menjadi pegangan bagi setiap individu. Namun sangat disayangkan,
Pancasila hanya dijadikan hiasan dinding sekolah maupun kantor tanpa mengetahui
apa makna yang terkandung di dalamnya. Maka dari itu tidak mengherankan jika
belakangan ini banyak koflik muncul dengan dalih SARA, pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM), maupun masalah kesejahteraan.
Sebut
saja konflik yang terjadi di Sampang, Madura, beberapa waktu lalu. Konflik yang
terjadi antara kaum Syiah dan Sunni ini cukup menggegerkan banyak pihak. Bahkan
selama beberapa hari menjadi trending
topic di berbagai media massa. Miris memang jika memikirkan peristiwa ini.
Konflik yang awalnya diisukan muncul karena faktor perselisihan dalam keluarga,
kini berujung pada konflik antarkeyakinan yang mengakibatkan korban jiwa dan
harta benda.
Bukan
hanya itu, peristiwa penyekapan buruh pabrik panci di Desa Lebak Wangi, Sepatan,
Tangerang pun cukup membuat masyarkat geleng kepala. Pasalnya buruh yang
bekerja di pabrik milik Yuki Irawan ini tidak diperlakukan secara manusiawi. Selama
beberapa bulan mereka tidak diberi gaji. Bahkan sebagian dari mereka menderita
penyakit kulit.
Berdasarkan
kedua peristiwa di atas lalu muncul segilintir pertanyaan, apakah yang
menyebabkan peristiwa tersebut terjadi? Lalu, apakah Pancasila tidak mampu
menjawab semua permasalahan ini atau dengan kata lain Pancasila telah mati?
Aplikasi nilai
Pengetahuan
tentang nilai – nilai Pancasila tampaknya tidak cukup untuk menjawab berbagai
permasalahan bangsa ini. Peliknya masalah yang menghantam tanah air tak cukup
diselesaikan hanya sekedar tahu apa itu Pancasila. Melainkan harus dengan
langkah konkrit.
Memang tidak mudah mengatur ratusan
juta orang dengan berbagai isi di kepala mereka. Semuanya butuh proses. Salah
satu langkah awal yang dapat dilakukan yaitu dengan mengubah pola pikir
masyarakat karena pada dasarnya pola pikir lah yang mengorganisasikan perilaku
individu. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Stephen Covey bahwa jika
seseorang menginginkan perubahan kecil dalam hidupnya, maka ubah lah
perilakunya. Namun jika ia menginginkan perubahan besar yangg mendasar, maka ubah
lah pola pikirnya.
Setelah pola pikir masyarakat dapat
diorganisasikan, maka langkah selanjutnya yaitu mengubah perilaku sesuai dengan
nilai – nilai Pancasila. Langkah ini dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan. Salah satu pendekatan yang efektif dapat dilakukan dengan
pendekatan komunikasi interpersonal sebagai media pencegahan (preventive) dan pengawasan (control). Untuk melakukan pendekatan ini
dibutuhkan partisipasi aktif dari berbagai pihak seperti keluarga, sekolah
maupun teman sebaya.
Kelahiran Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara bukan hanya sebagai simbol negara belaka. Pancasila
lahir untuk hidup dan Pancasila hidup untuk Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar