3.05.2014

Posted by Unknown
No comments | 1:39:00 PM

1.      Pengertian Kampanye
Sejak fenomena kampanye menjadi perhatian ilmuwan dan praktisi komunikasi di tahun 1940-an, telah muncul sekitar dua puluh definisi tentang kampanye. Definisi tersebut merentang dari yang menekankan aspek pesan, aspek pengorganisasian tindakan, hingga memfokuskan pada efek. Dari semua definisi yang ada, batasan yang disampaikan Rogers dan Storey dalam tulisan mereka yang bertajuk Communication Campaign (Berger & Chaffee, 1987) adalah yang paling lengkap.
Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yaitu tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.
Di samping keempat ciri pokok diatas, kampanye juga memiliki karakteristik lain, yaitu sumber yang jelas yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.
Pesan – pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan gagasan – gagasan pokok yang melatarbelakangi diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Sebagian kampanye bahkan ditujukan sepenuhnya untuk kepentingan dan kesejahteraan umum (public interest). Karena sifatnya yang terbuka dan isi pesannya tidak ditujukan untuk menyesatkan khalayak, maka tidak diperlukan tindakan pemaksaan dalam upaya untuk memengaruhi publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi yakni mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesuakrelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata.
Kampanye dalam praktiknya senantiasa mendayagunakan teori – teori dan teknik – teknik persuasi yang kebanyakan diperoleh di ruang laboratorium untuk kemudian diterapkan guna mencapai tujuan di lingkungan nyata.

2.      Tujuan Kampanye
Kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. Penyelengggara kampanye umumnya bukanlah individu melainkan lembaga atau organisasi. Lembaga tersebut dapat berasal dari lingkungan pemerintahan, kalangan swasta atau lembaga swadaya masyarakat (LSM). Terlepas dari siapapun penyelenggaranya, kampanye selalu memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan tersebut sangat beragam dan berbeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Kampanye Keluarga Berencana (KB) yang dilakukan pemerintah misalnya, bermaksud mengubah pola pikir masyarakat dari keluarga besar yang kurang terurus kepada keluarga kecil yang lebih sejahtera. Dengan demikian mereka mau mengatur dan membatasi jumlah kelahiran anak yang pada akhirnya dapat menurunkan laju pertumbuhan penduduk secara nasional. Kampanye “Penggunaan Helm dan Sabuk Pengaman” yang diselenggarakan Kepolisian RI bertujuan mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas. Kampanye Pemilihan Umum bertujuan mengubah atau memperkuat perilaku masyarakat dalam memilih kandidat atau partai politik tertentu.
Institusi bisnis dan lembaga swasta lainnya juga sangat intensif dan ekstensif menggunakan kampanye untuk mengembangkan usaha mereka. Beberapa kegiatan kampanye yang biasa dilakukan diantaranya kampanye periklanan yang bertujuan membujuk khalayak membeli produk yang mereka pasarkan atau kampanye public relation yang dimaksudkan untuk membangun citra positif lembaga di mata publik sehingga muncul kepercayaan, penerimaan dan kesediaan publik untuk bekerja sama dengan lembaga tersebut. Bahkan pengelola media massa dapat menggunakan media untuk menggugah kesadaran khalayak pada isu – isu tertentu seperti pekerja anak. Dalam konteks ini aktivitas kampanye tersebut sesungguhnya merupakan bagian dari peran agenda setting media.
Apapun ragam dan tujuannya, upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioral). Ostergaard (dalam Venus, 2007) menyebut ketiga aspek tersebut dengan istilas 3A sebagai kependekan dari awareness, attitude, dan action. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan sasaran pengaruh (target of influence) yang mesti dicapai secara bertahap agar satu kondisi dapat tercipta.
Pada tahap pertama kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini pengaruh yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan khalayak tentang isu tertentu. Dalam konsep Ostergaard tahap ini merupakan tahap awareness yakni menggugah kesadaran, menarik perhatian dan memberi informasi tentang produk atau gagasan yang dikampanyekan.
Tahap berikutnya diarahkan pada perubahan dalam ranah sikap atau attitude. Sasarannya adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan khalayak pada isu – isu yang menjadi tema kampanye. Sementara tahap terakhir kegiatan kampanye ditujukan untuk mengubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur. Tahap ini menghendaki adanya tindakan tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye. Tindakan tersebut dapat bersifat sekali itu saja atau berkelanjutan (terus – menerus). Contoh – contoh tindakan sekali itu saja misalnya menjadi pendonor darah, menyumbangkan dana untuk korban bencana alam, atau mengikuti imunisasi massal yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sementara tindakan berkelanjutan lebih terlihat dalam perilaku secara permanen pada diri sasaran seperti perubahan pola makan, cara memasak air, pemakaian helm pengaman, atau turut serta menjadi akseptor KB.

3.      Jenis – Jenis Kampanye
Membicarakan jenis – jenis kampanye pada prinsipnya adalah membicarakan motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut pada gilirannya akan menentukan ke arah mana kampanye akan digerakkan dan apa tujuan yang akan dicapai. Jadi secara inheren ada keterkaitan antara motivasi dan tujuan kampanye.
Bertolak dari keterkaitan tersebut, Charles U. Larson (dalam Venus, 2007) kemudian membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori yaitu Product-Oriented Campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Kampenye jenis ini sering juga disebut sebagai Comercial Campaigns atau Coorporate Campaigns. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan finansial yang bisa diraih dengan beberapa cara diantaranya yaitu dengan memperkenalkan suatu produk sampai melipatgandakan produk tersebut untuk mencapai suatu keuntungan yang diharapkan. Misalnya saja kampanye pada produk Telkom Flexi. Kampanye public relation yang ditujukan untuk membangun citra positif perusahaan dimata publik juga dapat dimasukan dalam kelompok ini.
Kemudian jenis kampanye yang kedua yaitu Candidate-Oriented Campaigns. Pada jenis kampanye ini  kampanye berorientasi pada kandidat yang umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai Political Camapaigns atau kampanye politik. Tujuannya antara lain, untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan melalui proses pemilihan umum. Contohnya, kampanye pemilu dan penggalangan dana bagi partai politik.
Kemudian yang ketiga yaitu Ideologycally or Cause Oriented Campaigns. Kampanye tersebut merupakan jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimesi pada perubahan sosial. Oleh karena itu kampanye jenis ini dalam istikah Kotler disebut sebagai Social Change Campaigns yaitu kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait.
Pada dasarnya berbagai jenis kampanye yang tidak termasuk dalam kategori kampanye politik atau kampanye produk dapat dimasukan ke dalam kampanye perubahan sosial. Dengan demikian cakupan jenis kampanye ini sangat luas mulai dari kampanye bidang kesehatan (misalnya AIDS, Menyusui dengan ASI, Keluarga Berencana dan donor darah), kampanye lingkungan (misalnya air bersih), kampanye pendidikan (misalnya meningkatkan minat baca), dan kampanye lalu lintas (misalnya pemakaian helm dan sabuk pengaman).
Terlepas dari perbedaan yang ada diantara jenis – jenis kampanye di atas, dalam praktiknya ketiga macam kampanye tersebar hampir tidak berbeda. Ketiganya dapat menggunakan strategi komunikasi yang sama untuk menjual produk, kandidat atau gagasan mereka kepada khalayak. 


Daftar Pustaka
Rogers, E.M., & Storey J.D. 1987. Communication Campaign. Dalam C.R. Berger & S.H. Chaffe (Eds)., Handbook of Communication Science. New Burry Park, CA: Sage.
Venus, Antar. 2007. Manajemen Kampanye. Remaja Rosdakarya: Bandung.

0 komentar:

Posting Komentar