a. Kelahiran
Helen Keller
Film
ini menceritakan kisah nyata tentang perjalanan hidup seorang perempuan yang
bernama Helen Adams Keller. Ia lahir pada tanggal 27 Juni 1880 di Tuscumbia,
sebuah kota kecil di barat laut Alabama, Amerika Serikat. Helen merupakan anak
dari pasangan Kapten Arthur Henley Keller dan Kate Adam Keller. Sewaktu
dilahirkan Helen memiliki penglihatan dan pendengaran yang normal. Ibu Helen, Kate
Keller memiliki postur tinggi bagai patung pirang dengan mata biru. Ia 20 tahun
lebih muda dari suaminya, Kapten Keller, orang Selatan yang loyal yang dengan
bangga mengabdi sebagai tentara sekutu selama perang sipil. Rumah yang mereka
tinggali sederhana, bercat putih, rumah papan yang dibangun pada tahun 1820
oleh buyut Helen. Saat Helen lahir, keluarganya jauh dari kekayaan, dengan
Kapten Keller yang mencari nafkah sebagai pemilik perkebunan kapas dan editor
mingguan sebuah Koran lokal “North Alabamian”. Sedangkan Ibu Helen bekerja di
perkebunan, ia juga mendapatkan uang dari membuat mentega, lemak babi, bacon,
dan ham.
b. Helen
Jatuh Sakit
Pada suatu ketika Helen jatuh sakit. Entah penyakit
apa yang ia derita sehingga membuat tubuh Helen demam tinggi dan diduga Helen
akan meninggal. Ketika akhirnya demamnya reda, keluarga Helen bergembira
meyakini puteri mereka akan sehat kembali. Namun, ibu Helen memperhatikan
bagaimana anak perempuannya gagal merespon ketika bel makan malam berbunyi atau
ketika ia menggerakan tangannya di depan mata putrinya. Dengan begitu menjadi
jelas bahwa penyakit Helen telah membuatnya buta sekaligus tuli. Beberapa tahun
kemudian menjadi hari - hari sangat berat bagi Helen dan keluarganya. Helen
menjadi anak yang sangat nakal, menghancurkan piring-piring dan lampu-lampu dan
meneror seluruh anggota keluarga dengan teriakannya dan tingkahnya yang penuh
amarah. Para kerabat berpendapat bahwa ia harus ditempatkan di sebuah panti.
Seiring berjalannya waktu, ketika Helen berusia 6
tahun, keluarganya menjadi putus asa. Kemudian keluarganya pergi ke dokter
spesialis di Baltimore untuk meminta saran. Mereka mendapat kabar bahwa Helen
tidak akan pernah melihat atau mendengar lagi tapi dokter mengatakan pada
mereka agar tidak menyerah, dokter yakin Helen dapat diajari dan ia menyarankan
mereka untuk mengunjungi ahli setempat yang menangani masalah anak-anak tuli.
Ahli ini adalah Alexander Graham Bell, penemu telepon.
Kemudian Alexander Graham Bell menyarankan agar
Keller menulis surat ke Michael Anagnos, direktur Institusi Perkins dan suaka
bagi yang anak tuna rungu di Massachussets, dan memintanya untuk mencoba
mencarikan seorang guru untuk Helen. Michael Anagnos mempertimbangkan kasus
Helen dan segera merekomendasikan guru yang dahulu mengajar di institusi itu,
wanita itu adalah Anne Sullivan.
c. Anne
Sullivan
Anne Sullivan merupakan seorang wanita yang dulu
ketika ia berusia 5 tahun ia kehilangan penglihatannya. Pada Oktober 1880,
sebelum Anne akhirnya pergi dan mulai memasuki pendidikannya di Institursi
Perkins. Pada suatu musim panas selama waktunya di institusi, Anne mendapat 2
kali operasi pada kedua matanya, yang membuatnya mendapatkan cukup penglihatan
untuk dapat membaca tulisan secara normal selama periode waktu yang singkat.
Anne lulus dari Perkins pada tahun 1886 dan mulai
mencari pekerjaan. Mendapatkan pekerjaan luar biasa sukar untuk Anne, akibat
dari penglihatannya yang buruk dan ketika ia mendapat tawaran dari Michael
Anagnos untuk bekerja sebagai guru bagi Helen Keller, seorang yang tuli, buta
dan bisu, meskipun ia tidak memiliki pengalaman di bidang ini, ia menerimanya
dengan senang hati.
d. Helen
Bertemu Anne
Pada 3 Maret 1887 Anne tiba di rumah Helen di
Tuscumbia dan untuk pertama kalinya bertemu dengan Helen Keller. Anne segera
mulai mengajar Helen mengeja dengan jari. Mengeja kata “boneka” untuk menandai
hadiah yang dia bawa untuk Helen. Kata berikutnya yang ia ajarkan pada Helen
adalah “kue”. Walaupun Helen dapat mengulangi gerakan-gerakan jari ini, ia
tidak dapat sepenuhnya memahami apa artinya kata – kata itu. Dan ketika Anne
berjuang untuk mencoba membantunya untuk memahami, ia juga mencoba berjuang
mengontrol kelakuan buruk Helen yang terus berlanjut. Anne dan Helen pindah ke
sebuah pondok kecil di atas tanah yang masih menjadi bagian dari rumah utama
untuk memperbaiki tingkah laku Helen, dengan perhatian khusus atas sikap Helen
di meja makan. Helen biasa makan dengan tangannya yang sembarangan mencomot
dari piring semua orang yang ada di meja. Anne mencoba memperbaiki sikap Helen
di meja makan dan membuatnya menyisir sendiri rambutnya dan mengancingkan
sepatunya untuk mengarahkannya lebih dan lebih lagi mengatasi tingkahnya yang
penuh amarah. Anne menghukum tingkahnya yang penuh amarah itu dengan menolak
“berbicara” dengan Helen dengan tidak mengejakan kata-kata dengan tangannya. Pada
minggu – minggu selanjutnya, perilaku Helen mulai menunjukkan kemajuan dan hubungan
di antara keduanya juga bertambah dekat. Lalu, setelah sebulan Anne mengajar,
apa yang oleh orang-orang pada zamannya disebut sebagai “keajaiban” terjadi.
Sampai saat itu Helen belum juga memahami sepenuhnya arti kata-kata. Ketika
Anne menuntunnya ke pompa air pada 5 April 1887, semua itu berubah. Sewaktu
Anne memompa air ke atas tangan Helen, Anne mengeja kata air ke sebelah tangan
gadis itu. Sesuatu tentang hal ini menjelaskan arti kata-kata itu ke benak
Helen, dan Anne segera melihat di wajahnya bahwa Helen akhirnya mengerti.
Helen
lalu menceritakan kejadian itu:
“Kami berjalan menuruni jalanan menuju rumah. Seseorang
menggambar air dan guruku menempatkannya di bawah tanganku sesuatu yang
memancar. Sewaktu arus dingin yang memancar, di atas sebelah tanganku yang lain
guruku mengeja kata air, awalnya lambat, lalu diulangi lagi. Aku masih berdiri,
seluruh perhatianku terpusat pada gerakan-gerakan tangannya. Tiba-tiba aku
merasa kesadaranku yang berkabut akan sesuatu yang telah terlupakan, suatu
ingatan yang mendebarkan kembali, dan bagaimana misteri dari bahasa terungkap
olehku.”
Helen segera meminta pada Anne nama dari pompa untuk
diejakan di atas tangannya dan kemudian nama dari terali. Sepanjang jalan
pulang ke rumah Helen belajar nama dari segala sesuatu yang disentuhnya dan
juga menanyakan nama untuk Anne. Anne mengeja kata “Guru” ke atas tangan Helen.
dalam beberapa jam berikutnya Helen belajar mengeja 30 kata-kata baru. Kemajuan Helen sejak
saat itu mencengangkan. Kemampuannya untuk belajar maju pesat melampaui dari
apa yang pernah dilihat orang lain sebelumnya dalam diri seseorang yang tanpa
penglihatan atau pendengaran. Tak terlalu lama sebelum akhirnya Anne mengajar
Helen untuk membaca, pertama-tama dengan huruf timbul, lalu dengan Braille, dan
menulis dengan mesin tik biasa dan mesin tik Braille.
0 komentar:
Posting Komentar