A. Definisi
Komunikasi
Sebagaimana kita
ketahui bahwa komunikasi ada di setiap aspek kehidupan dan kegiatan manusia.
Komunikasi selalu ada di mana
– mana, karena itulah komunikasi sangat sulit untuk didefinisikan dalam kalimat
sederhana yang tegas. Ibarat air, ia mampu membasahi daerah atau wilayah yang
disentuhnya. Komunikasi akan selalu mampu memberi warna atau pengaruh pada
bidang yang disentuhnya.
Kita mulai dengan satu asumsi dasar
bahwa komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya
kebutuhan berinteraksi dengan manusia –
manusia lainya. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan
sosial dengan sesamanya,
dan kebutuhan ini terjadi dengan pertukaran pesan yang berfungsi sebagai
jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan
terisolasi. Pesan-pesan itu mengemuka lewat perilaku manusia. Ketika kita
melambaikan tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukan kepala atau
memberikan satu isyarat, kita juga sedang berperilaku. Sering perilaku – perilaku ini merupakan
pesan – pesan. Pesan – pesan itu digunakan
untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada seseorang (Mulyana, 2006: 12).
Pengertian komunikasi secara etimologis mengandung arti
sama makna, memberitahukan, dan berpartisipasi. Pemahaman mengenai konsep
komunikasi dapat dilihat melalui uraian kata secara etimologi yakni istilah
komunikasi itu sendiri terkandung makna bersama – sama “common,
commones” dalam bahasa ingggris communication, yang artinya:
pemberitahuan, pemberi bagian. Pertukaran dimana si pembicara mengharapkan
pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.
Kata
atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris sebenarnya berasal dari kata communicates dalam bahasa Latin yang
artinya berbagai atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikas, menurut
Lexigraper (ahli kamus bahasa), menunjuk pada satu upaya, yang bertujuan untuk
mencapai kebersamaan. Sementara itu didalam Webster New College Dictionary edisi
tahun 1977, antara lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah satu proses
pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang bunyi, tanda-tanda atau tingkah laku (Lasape, 2005: 39).
B. Definisi
dan Ruang Lingkup Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok terdiri dari
dua kata, yaitu, komunikasi dan kelompok. Menurut Efendy (1993: 4), komunikasi kelompok
adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok
orang yang jumlahnya lebih dari dua orang yang berkumpul. Sedangkan menurut Goloberg
dan Warson, pengertian komunikasi kelompok adalah satu bidang studi penelitian
terapan yang menitikberatkan perhatianya pada proses kelompok secara umum,
tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil.
Komunikasi kelompok adalah
komunikasi yang dapat berlangsung antara individu dengan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok. Karakterisitik komunikasi kelompok adalah sebagai
berikut:
1. Komunikasi
yang terjadi dalam kelompok bersifat homogeni.
2. Dalam
diskusi kelompok, terjadi kesempatan melakukan tindakan pada saat itu juga.
3. Arus
balik di dalam
komunikasi terjadi secara langsung, karena komunikator sedang berlangsung.
4. Pesan
yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada komunikasi
kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok
besar).
5. Komunikator
masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun hubungan yang terjadi
tidak erat seperti pada komunikasi interpersonal.
6. Komunikasi
kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
C.
Fungsi Komunikasi Kelompok
Keberadaan
suatu kelompok dalam satu masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang
akan dilaksanakanya. Adapun fungsi tersebut menurut
Sundjaya (1991: 95) mencakup:
1.
Hubungan
sosial, dalam arti sebagaimana
suatu kelompok mampu memelihara
dan memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya.
2. Pendidikan, dalam arti sebagaimana
dalam sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan
mempertukarkan pengetahuan mengenai fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan
dari para anggota kelompok-kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat
dapat dipenuhi, namun demikian,, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai
dengan yang diterapkan atau tidak, tergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah
informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta
frekuensi interaksi diantara para anggota kelompok.
3. Persuasi. Seorang anggota
kelompok dapat berupaya
mempersuasi anggotanya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seorang yang
terlibat usaha-usaha persuasi dalam satu kelompok membawa resiko untuk tidak
diterima para anggota lainya.
4. Kegiatan-kegiatan untuk
memecahkan persoalan dan
membuat keputusan-keputusan. Pemecahan
masalah berkaitan dengan alternatif
atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan perbuatan keputusan
berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi pemecahan
masalah menghasilkan
materi atau bahan untuk membuat keputusan.
5. Fungsi terapi. Dari
kelompok-kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainya. Tentunya,
individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainya, guna
mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri bukan
membantu kelompok mencapai konsensus.
Daftar
Pustaka
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.
Cipta Aditya Bakti: Bandung.
Lasape, Samad. 2005. Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam
Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini
Publik: Manado.
Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Ghalia Indonesia: Bogor.
Mulyana, Deddy. 2006. Komunikasi Antar Budaya Panduan
Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya.
Rosdakarya: Bandung.
Sundjaya. 1991. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bumi Aksara:
Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar