Kelompok sering dipandang sebagai sistem sibernetik yang berarti informasi
dan pengaruh dari luar masuk ke dalam kelompok (disebut dengan masukan atau input), kelompok kemudian mengolah
masukan yang diterimanya (proses) sehingga menjadi hasil (output). Hasil yang diperoleh pada gilirannya akan memengaruhi
lingkungan yang nantinya menjadi kembali menjadi masukan bagi kelompok
bersangkutan. Gagasan ini dikenal dengan sebutan model masukan – proses – hasil
(input – process – output model) yang
dikemukakan Barry Collins dan Harold Guetzkow.
Ide atau gagasan mengenai kelompok tersebut telah mempengaruhi ahli
komunikasi dalam hal bagaimana mereka seharusnya memandang kelompok, dan
sebagian besar riset mengenai komunikasi kelompok selama bertahun – tahun
kemudian mengikuti model masukan – proses – hasil ini. Misalnya, sutau
penelitian dilakukan untuk meneliti efek keragaman atau heterogenitas anggota
kelompok (variabel masukan) terhadap jumlah obrolan atau pembicaraan dalam
kelompok dan efek dari pola – pola interaksi (variabel proses) terhadap suatu
kepuasan anggota kelompok (variabel keluaran).
Mengambil gagasan Bales, model yang dikemukakan Barry Collins dan Harold
Guetzkow ini menunjukkan bahwa suatu kelompok kerja atau tugas (task group) berhadapan dengan dua jenis
masalah atau hambatan, yaitu hambatan kerja dan hambatan interpersonal.
Hambatan kerja (task obstacles)
adalah kesulitan – kesulitan yang ditemui oleh kelompok dalam menangani tugas
atau pekerjaannya, misalnya merencanakan kegiatan atau menyetujui suatu
kebijakan, dan lain sebagainya. Dalam mengatasi hambatan kerja ini, anggota
kelompok langsung menangani masalah yang dihadapi dengan cara menganalisis
situasi, meyarankan solusi serta mempertimbangkan sejumlah alternatif.
Jika kelompok harus mengambil keputusan, maka anggota kelompok tidak saja
harus mempertimbangkan keputusan yang sebaiknya diambil, tetapi juga mereka
harus bekerja secara efektif dengan anggota kelompok lainnya. Bila dua atau
lebih anggota bersama – sama mengatasi suatu masalah, maka muncul hambatan
interpersonal (interpersonal abstacles).
Hambatan mencakup kebutuhan untuk membuat gagasan atau ide agar dapat dipahami
dengan jelas oleh anggota lain, kebutuhan untuk mengatasi konflik, kebutuhan
untuk mengelola perbedaan dan seterusnya. Dengan demikian, pada setiap
kelompok, para anggotanya harus secara serentak menangani hambatan tugas dan
hambatan interpersonal.
Dengan demikian, terdapat dua jenis perilaku dalam kelompok, yaitu perilaku
terhadap kerja dan perilaku terhadap anggota lainnya (interpersonal). Kedua
jenis perilaku ini berperan penting pada produktivitas dan setiap analisis yang
dilakukan terhadap masalah kelompok harus membahas kedua hal tersebut. Jika
perilaku kerja dan perilaku interpersonal ini dapat dipadukan atau
diintergrasikan secara efektif maka dapat menghasilkan “efek bersama” yaitu
suatu hasil kerja atau produk yang lebih baik daripada hasil kerja atau produk
perorangan atau individual, bahkan lebih baik dibandingkan hasil kerja anggota
lain. Jadi, misalnya, suatu kelompok mempersiapkan rencana untuk berwisata ke
luar kota dan mereka dapat memadukan perilaku kerja dan perilaku interpersonal mereka
dengan baik, daripada jika hanya satu orang saja yang merencanakan kegiatan
itu.
Penghargaan kelompok (group reward)
bisa menjadi hal yang positif atau negatif, hal ini berlaku baik untuk kerja
interpersonal atau melakukan tugas. Suatu tugas kelompok yang berhasil atau
sukses dilakukan merupakan suatu bentuk penghargaan terhadap pekerjaan atau
tugas, disebut dengan penghargaan kerja (task
reward). Kesenangan atau kegembiraan yang dirasakan ketika melakukan tugas
merupakan suuatu penghargaan interpersonal (interpersonal
reward). Jika tugas dapat diselesaikan dengan baik dan para anggota
menikmatinya, maka kerja bersama di masa depan akan sangat mungkin dilakukan
kembali. Namun jika tugas tidak dapat diselesaikan dengan baik atau para
anggota tidak dapat mengatasi perbedaan yang muncul, maka kerja bersama di masa
depan akan sulit untuk dilakukan.
Kita dapat menganggap upaya yang dilakukan suatu kelompok untuk mencapai
tujuan sebagai suatu “energi”. Sebagian dari energi yang dimiliki kelompok
digunakan untuk mengatasi hambatan kerja dan sebagian lagi digunakan untuk
mengatasi hambatan interpersonal. Raymond Cattel menggunakan “sinergi” bagi
upaya yang dilakukan kelompok untuk mencapai tujuan. Jumlah energi yang
digunakan untuk mengatasi hambatan interpersonal dinamakan dengan sinergi
intrinsik dan sisa energi yang tersedia untuk melaksanakan tugas atau kerja
dinamakan sinergi efektif.
daftar pustaka
Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi.
Ghalia Indonesia: Bogor.
0 komentar:
Posting Komentar