6.24.2013

Posted by Unknown
No comments | 8:22:00 PM

Kelompok sering dipandang sebagai sistem sibernetik yang berarti informasi dan pengaruh dari luar masuk ke dalam kelompok (disebut dengan masukan atau input), kelompok kemudian mengolah masukan yang diterimanya (proses) sehingga menjadi hasil (output). Hasil yang diperoleh pada gilirannya akan memengaruhi lingkungan yang nantinya menjadi kembali menjadi masukan bagi kelompok bersangkutan. Gagasan ini dikenal dengan sebutan model masukan – proses – hasil (input – process – output model) yang dikemukakan Barry Collins dan Harold Guetzkow.
Ide atau gagasan mengenai kelompok tersebut telah mempengaruhi ahli komunikasi dalam hal bagaimana mereka seharusnya memandang kelompok, dan sebagian besar riset mengenai komunikasi kelompok selama bertahun – tahun kemudian mengikuti model masukan – proses – hasil ini. Misalnya, sutau penelitian dilakukan untuk meneliti efek keragaman atau heterogenitas anggota kelompok (variabel masukan) terhadap jumlah obrolan atau pembicaraan dalam kelompok dan efek dari pola – pola interaksi (variabel proses) terhadap suatu kepuasan anggota kelompok (variabel keluaran).
Mengambil gagasan Bales, model yang dikemukakan Barry Collins dan Harold Guetzkow ini menunjukkan bahwa suatu kelompok kerja atau tugas (task group) berhadapan dengan dua jenis masalah atau hambatan, yaitu hambatan kerja dan hambatan interpersonal. Hambatan kerja (task obstacles) adalah kesulitan – kesulitan yang ditemui oleh kelompok dalam menangani tugas atau pekerjaannya, misalnya merencanakan kegiatan atau menyetujui suatu kebijakan, dan lain sebagainya. Dalam mengatasi hambatan kerja ini, anggota kelompok langsung menangani masalah yang dihadapi dengan cara menganalisis situasi, meyarankan solusi serta mempertimbangkan sejumlah alternatif.
Jika kelompok harus mengambil keputusan, maka anggota kelompok tidak saja harus mempertimbangkan keputusan yang sebaiknya diambil, tetapi juga mereka harus bekerja secara efektif dengan anggota kelompok lainnya. Bila dua atau lebih anggota bersama – sama mengatasi suatu masalah, maka muncul hambatan interpersonal (interpersonal abstacles). Hambatan mencakup kebutuhan untuk membuat gagasan atau ide agar dapat dipahami dengan jelas oleh anggota lain, kebutuhan untuk mengatasi konflik, kebutuhan untuk mengelola perbedaan dan seterusnya. Dengan demikian, pada setiap kelompok, para anggotanya harus secara serentak menangani hambatan tugas dan hambatan interpersonal.
Dengan demikian, terdapat dua jenis perilaku dalam kelompok, yaitu perilaku terhadap kerja dan perilaku terhadap anggota lainnya (interpersonal). Kedua jenis perilaku ini berperan penting pada produktivitas dan setiap analisis yang dilakukan terhadap masalah kelompok harus membahas kedua hal tersebut. Jika perilaku kerja dan perilaku interpersonal ini dapat dipadukan atau diintergrasikan secara efektif maka dapat menghasilkan “efek bersama” yaitu suatu hasil kerja atau produk yang lebih baik daripada hasil kerja atau produk perorangan atau individual, bahkan lebih baik dibandingkan hasil kerja anggota lain. Jadi, misalnya, suatu kelompok mempersiapkan rencana untuk berwisata ke luar kota dan mereka dapat memadukan perilaku kerja dan perilaku interpersonal mereka dengan baik, daripada jika hanya satu orang saja yang merencanakan kegiatan itu.
Penghargaan kelompok (group reward) bisa menjadi hal yang positif atau negatif, hal ini berlaku baik untuk kerja interpersonal atau melakukan tugas. Suatu tugas kelompok yang berhasil atau sukses dilakukan merupakan suatu bentuk penghargaan terhadap pekerjaan atau tugas, disebut dengan penghargaan kerja (task reward). Kesenangan atau kegembiraan yang dirasakan ketika melakukan tugas merupakan suuatu penghargaan interpersonal (interpersonal reward). Jika tugas dapat diselesaikan dengan baik dan para anggota menikmatinya, maka kerja bersama di masa depan akan sangat mungkin dilakukan kembali. Namun jika tugas tidak dapat diselesaikan dengan baik atau para anggota tidak dapat mengatasi perbedaan yang muncul, maka kerja bersama di masa depan akan sulit untuk dilakukan.
Kita dapat menganggap upaya yang dilakukan suatu kelompok untuk mencapai tujuan sebagai suatu “energi”. Sebagian dari energi yang dimiliki kelompok digunakan untuk mengatasi hambatan kerja dan sebagian lagi digunakan untuk mengatasi hambatan interpersonal. Raymond Cattel menggunakan “sinergi” bagi upaya yang dilakukan kelompok untuk mencapai tujuan. Jumlah energi yang digunakan untuk mengatasi hambatan interpersonal dinamakan dengan sinergi intrinsik dan sisa energi yang tersedia untuk melaksanakan tugas atau kerja dinamakan sinergi efektif.

daftar pustaka
Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Ghalia Indonesia: Bogor.

0 komentar:

Posting Komentar